Beberapa tahun yang lalu, salah seorang leader di MLM pernah mengomentari profilku dalam suatu diskusi antar-leader (aku tidak ada di sana).
Sebagian hasilnya yang ‘dibocorkan’ oleh pak YS (kita kan fren, ya pak! sesama fren kan tetap fren) mengatakan bahwa aku ini bagaikan tupai dalam sangkar. Lari kencang tetapi tak pernah sampai di tujuan, dan bahkan tujuan berlarinya pun tidak jelas.
Olah-raga, barangkali. Hehehe...
Aku sangat bisa menyadari dan memahami komentar itu, dan memang aku tidak perlu menyanggah atau mengiyakan. Membela diri atau tunduk patuh.
Hidup adalah sebuah pilihan, kata bijak yang seringkali disitir oleh mas Arijanto Soedjono sahabat baikku. Menjadi tupai atau garuda atau ubur-ubur, undur-undur atau apapun. Semua bebas dipilih. Bedanya mungkin terletak pada ketepatan memilih, kecepatan memilih dan setelah menentukan pilihan: apa yang dilakukan serta manfaat apa yang didapatkannya. Manfaat untuk diri sendiri yang dampak kelipatannya (multiplier effect) memberi manfaat lebih banyak untuk keluarga dan orang lain. Bukan sebaliknya, dampak manfaat dari orang banyak yang berakumulasi pada diri sendiri.
Tetapi sangat benarlah bahwa hidup adalah sebuah pilihan, termasuk memilih untuk memelihara seekor tupai yang datang, melihatnya berputar-putar dalam sangkarnya. Karena itu sangat menyenangkan hati, dan akan ada yang hilang ketika tupainya lepas.
Sama senangnya seperti ketika tupai lepas di dalam kepala dan beranak-pinak di sana menjadi berlusin-lusin judul di blog ini yang ternyata adalah sangkarnya, karena inspirasi dari Pak Heru Mulyawan. Salam dari sudut blog ya pak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar