10 Oktober 2012

Sebel Bener


Dua-tiga orang berbicara bareng dalam perdebatan di televisi, sehingga apa yang dikatakan masing-masing menjadi tidak jelas.  Seolah-olah dengan gaya seperti itu si pembicara ingin menunjukkan bahwa pendapatnyalah yang benar dan pendapat orang lain salah atau tidak bermutu, sehingga pendapat orang lain itu perlu dilibas habis, didistorsi, dieliminasi.
Tidak mustahil gaya seperti itu akan ditiru karena ‘nikmat’, trendy, menampakkan kegagahan, semangat pantang menyerah atau lainnya yang dipersepsi semacam itu.
Kita, para penonton  tayangan menjadi sebel bener, karena disuguhi tayangan yang tidak elok dinikmati, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh keluarganya, terutama bagi keluarga yang anak-anak remajanya juga menjadi penyuka tayangan tersebut. 
Dan lebih sebel lagi karena para penyebel adalah dia lagi-dia lagi.......

04 Oktober 2012

aku ingin mengajarmu untuk jadi orang berilmu



seharian aku mengajari kalian matematika, anak-anakku
seharian aku mengajarimu ilmu fisika
berbulan-bulan dan bertahun-tahun aku mengajarimu
hingga kalian pintar
dan terkadang putus-asa lantaran merasa tak mampu mencernanya

kita bangga sekolah kita menjadi sekolah berstandar dunia
kita berbesar hati lantaran masih ada saja yang belajar ke sini
kita bangga lantaran teman-teman pendahulumu ada yang
jadi tokoh negeri
jadi selebriti
bekerja di maskapai luar negeri
jadi tki sukses dan membangun rumahnya di kampung bak istana mimpi

anak-anakku,
aku mengajarmu segala ilmu
seperti  seharusnya dilakukan seorang guru
begitulah aturannya
agar kalian menjadi yang nomor satu

aku mengajarmu segala ilmu
seperti yang dituntut oleh orang-tuamu
agar kalian menjadi yang nomor satu
di tengah persaingan yang semakin seru

anak-anakku,
ketika aku belajar dulu,
guruku tidak mengajarku untuk menjadi yang nomor satu
karena guru dari guruku mengajarinya begitu
karena orang-tuaku menyekolahkanku untuk jadi
orang berilmu
yang berguna bagi nusa dan bangsa
berbakti kepada orang tua
hormat kepada guru

anak-anakku
dulu
di akhir hari, ketika murid mulai mengantuk
guruku mendongengkan  cerita-cerita lama
tentang binatang dan segala perilakunya
tentang manusia dan segala perilakunya
yang sampai sekarang aku masih mengingatnya
anak-anakku,
andai bisa, aku juga ingin mendongeng untuk kalian
andai bisa aku ingin semua guru juga melakukannya
andai bisa aku ingin pak kepala sekolah membolehkannya
andai bisa aku ingin pak dirjen mengaturnya
andai bisa aku ingin pak presiden memerintahkannya

agar kalian tak hanya pintar saja
tapi juga punya hati
nurani

agar aku tak bersedih hati
agar orang-tua temanmu tak bersedih hati
membaca berita, 
temanmu mati muda karena pisau temanmu yang lain juga

anak-anakku
kapan kita bisa bercengkerama

01 Oktober 2012

Aliran Sesat

Celananya menyempit di bawah, press-body atau press-kaki, semacam itulah.
Sepatunya hak tinggi, seperti sepatu John Lennon. Rambut kelimis tebal, disisir rapi. Namanya Yono, murid baru, pindahan dari Jakarta. Ganteng dan gaya. Trendy abisss.
Gaya serta perilakunya di jaman itu ternyata membuat beberapa teman lain seperti mendapat semangat, maka pemakai celana sempit dan sepatu berhak tinggi bertambah dua-tiga orang, dan kelompok kecil mereka itu mendapat julukan aliran sesat, yang setiap saat terancam sanksi untuk dirobek celananya oleh guru pengawas.
Kami tetap berteman secara baik dan biasa, tak ada perlakuan beda terhadap mereka, dan teman-teman dari 'aliran sesat' itupun juga demikian. Hanya beda gaya serta perilaku.

Ketika bertemu kembali setelah empatpuluh tahun lebih berpisah, sisa-sisa ketrendiannya masih  terasa, tetapi rasa kerinduannya terhadap masa-masa berkumpul bersama di SMA lebih kuat lagi.

Wajah-wajah sudah menua, sebagian menjadi cukup sulit untuk dilacak dan dikenali kembali. Kearifan sebagai hasil perjalanan hidup tertangkap dalam obrolan-obrolan yang berlangsung.

Tahun depan direncanakan akan bertemu kembali, semoga semua tetap sehat dan tambah pinter, agar lulus ujian di sekolah kehidupan. Terutama dalam mata-pelajaran "Diri Sendiri".

Hery Haryanto, Sonhaji, Achmad Nangim, Tri Istiningsih, Tiauw Hing, Kwat Lok, Farchan, Wahib, Sri Subiyati, Sunarman, Djumharti, S Widjaya, dan yang lain ditunggu kehadirannya, semoga tetap sehat.

Sampai jumpa......

( mas Amir Faisol dan  mbak Titik Isnaeni terima kasih, juga Paula, Wibisono, Yono, Kanapi, Suparjo, Iskak, Suparman, Sukamto, Darmini, Kenul, Djoko Muljanto, Heru Irianti, Painah, 'Paijo' Aminin, Sun Liang, para bude-pakde lainnya yang saat ini aku masih lupa wajah dan namanya, menunggu publikasi dari foto reuni MG 69 yang diambil kemarin di Kutoarjo, 30 September 2012.  )