07 Desember 2017

rasanya (3)

Menulis yang agak serius tetapi leluasa itu memang di sini tempatnya.
Bukan di fb, wa atau yang lainnya, karena di sana pada umumnya berisi tulisan pendek.....

Kelindan hidup antarmanusia ini pada umumnya dikaitkan oleh kesepahaman dan ketidaksepahaman, yang permanen maupun tidak permanen. Dan dengan itulah sepertinya yang namanya hidup bermutu diperjuangkan, baik untuk kepentingan ragawi maupun batini.....

Kemampuan dalam berinteraksi secara positif dengan sesama, memposisikan diri dan melihat dan membuka celah peluang serta menutup celah ancaman amatlah menentukan tercapainya mutu yang menjadi target.

Kesalahan bukanlah bencana, tapi modal untuk dapat menghindarinya di kemudian hari sehingga sebaiknya kita tidak perlu berlama-lama berhenti karena sebuah kesalahan. Jangan lupa, waktu terus berjalan tanpa peduli kita sedang apa....

Tidak pernah ada yang namanya sesuatu yang sia-sia kalau kita mampu memahaminya. Sejelek apapun hasilnya, itu tetap sebuah hasil dari apa yang sudah kita pikirkan dan upayakan, jadi tentu tetap adalah sebuah hasil.


Kalaupun kita sedang lelah, berhentilah agar setelah lelahnya hilang mampu bergerak kembali
Tetaplah semangat, dengan itulah kita maju ke arah yang sudah ditentukan....

06 Desember 2017

Magnet dari Masa Lalu

Kenang-kenangan jaman SMA yang ditulis sahabat saya Kanafi di blognya sangat membuat saya takjub. Beliau dengan sangat rinci masih mengingat nama-nama para guru beserta mata pelajaran yang diasuh. Mungkin juga catatan jadwal pelajaran ketika itu masih beliau simpan sampai sekarang.
Beberapa teman yang hadir kembali  'dari masa lalu' dalam reuni tahun lalu kebanyakan sedikit demam panggung pada awalnya, karena bayangan tentang wajah teman-teman lama berubah dalam kenyataan masa kini. Butuh waktu beberapa detik sampai beberapa menit untuk mereview kembali, sampai dikenali kembali, sampai pecah menjadi tawa meriah ketika dari wajah misterius tadi terbayang kelucuan dan kekonyolan dari masa SMA.

Mas Indrosaswanto sudah lama sekali minta kepada saya untuk mengupload foto masa kini tadi.
Nah, ini dia... ada teman yang yang lebih rajin mengumpulkan foto itu....

(tulisan ini tertunda di-upload lebih dari sepuluh tahun)

30 November 2017

rasanya (2)

Entah karena suntuk, moody atau pas lagi lebay saja menulis yang aneh2 seperti tadi...
Toh semua itu hanya catatan untuk menandai kejadian-kejadian dan kemudian menangkap tanda-tanda yang ada di dalamnya....
Hanya itu saja, tanpa pretensi apapun juga.
Salam
rasanya (1)

Besar atau kecil adalah persepsi dalam melihat sesuatu. Dan itu didapat dengan membandingkan sebuah obyek dengan obyek yang lainnya, dan akan sangat mudah ketika obyek itu bersifat terlihat atau kasat mata.
tetapi sangat berbeda ketika obyek tersebut adalah obyek yang hanya bisa ditangkap indera dengan merasakannya. Di sinilah peran indera perasa.
Namun indera perasa juga ada dua jenis, indera perasa yang berada di tubuh fisik, dan indera perasa yang berada di tubuh nonfisik, yang disebut perasaan.
Dan perasaan inilah yang bermain ketika kita sedang menangkap sesuatu yang dirasakan sebagai masalah.
Bukan hanya itu, seringkali justru kita sendiri yang bermain-main dengan perasaan ketika berhadapan dengan masalah.
Bermain dengan menjadikannya besar untuk sesuatu yang sebenarnya kecil, dan sebaliknya mengecilkan sesuatu yang sebenarnya besar.
Mengajari bagaimana perasaan untuk jujur tentang yang sebenarnya memang tidak mudah, karena selama ini kita sudah sangat terbiasa menerima segala sesuatu seperti kebanyakan orang lain menerimanya. Dan sebaliknya pula kita mungkin terbiasa menolak karena kebanyakan orang menolaknya. Kita sering terlalu malas untuk berpikir keras menggunakan hati karena lebih mudah mengikuti perasaan seperti orang yang lainnya.
Berpikir keras memang melelahkan. tetapi bukankah rasa lelah itu juga adalah suatu anugerah? Rasa lelah itu membuat sesuatu menjadi kembali seimbang ketika kita memberinya ruang dan waktu untuk rehat, agar ketika kita memulai lagi kita menjadi lebih segar dan bersemangat.
Berpikir sangat berbeda dengan mengikuti perasaan, karena berpikir adalah menggunakan indera jiwa untuk bekerjasama, sedangkan mengikuti perasaan hanya sebagian kecil daripadanya.
Mungkin, "tidak berlebihan" dalam berpikir dan menyikapi sesuatu adalah cara yang paling baik, agar kita terbebas dari kendali perasaan.
Termasuk bebas dari rasa takut akan kehabisan waktu maupun ruang, karena keduanya memang bukan milik dan hak kita untuk menguasainya melainkan milik Allah Yang Mahamenguasai segalanya.
Semoga semuanya akan sampai di tempat di mana seharusnya berada dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kehendakNya.
Aamiin.


18 Agustus 2017

Blog Ini



Blog ini belum berakhir, meskipun sudah terlalu lama tidak diisi dengan tulisan baru.
Perkembangan situasi pribadi dan lingkungan yang sangat dinamis menjadikan hasrat menulis menjadi 'kempes'....
Blog memberikan ruang yang cukup untuk menuangkan isi pikiran secara luas dan mendalam, sedangkan penulisan di media sosial yang lain pada umumnya berisi ungkapan singkat, karena kebutuhan dan kesempatan untuk membacanya memang sangat terbatas.

Sebenarnya banyak sekali yang ingin dituliskan kembali di sini, baik itu tentang pengalaman, pemikiran, maupun sekedar hahahihi sebagai intermezzo.

Salah satunya adalah hasil jagongan pada malam tasyakuran peringatan kemerdekaan, pada tanggal 16 Agustus kemarin ini. Ini menyangkut kehidupan bertetangga.....
Pak Wakil Ketua RT berkisah,  pada suatu saat ada warga yang melaporkan adanya gangguan dari tetangga sebelah berupa cucuran air dari genting yang jatuhnya pas mengenai tembok rumahnya sehingga tembok itu menjadi basah dan lembab. Lebih celaka lagi, akhirnya jamur tumbuh di tembok bagian dalam rumahnya.
Warga tersebut meminta agar pak RT (maksudnya Ketua RT) menegur dan mengingatkan warga yang menjadi penyebab 'gangguan bencana' tersebut.
"Apakah Bapak sudah pernah memberi-tahu tetangga sebelah, bahwa rumah Bapak terkena dampak seperti itu?" tanya pak RT.
"Belum pak, seharusnya dia itu sudah ngerti sendiri bahwa itu merugikan saya. Jadi pak RT saja yang memberi tahu beliau, itu lebih enak"
(Oooooooo begitukah cara berpikirnya untuk mencari aman..... main remote dia.....)

Pada suatu kesempatan di hari berikutnya, diundanglah kedua fihak ke rumah pak RT, tempat paling netral bagi keduanya.
Setelah basa-basi sebagai pengantar untuk mengencerkan suasana, kemudian pak RT menyampaikan bahwa beliau mendapatkan keluhan dari tetangga A, dan diminta untuk menyampaikan ke tetangga B.
"Karena Bapak-bapak sekarang sudah bertemu di sini dalaqm keadaan baik, maka silakan pak A menyampaikan sendiri masalah yang dikeluhkan kepada pak B", kata pak RT.
Terperangah dengan kata-kata pak RT, pak A sejenak kehilangan kata dan tampak gelisah mencari-cari cara...
Akhirnya, bla-bla-bla.....
Pak B yang mungkin semula bertanya-tanya tentang urusan serius apa yang dihadapinya, akhirnya menjawab dengan enteng hati.....
" Oooooooo..... begitu to pak..... Saya jadi malu, urusan yang seperti ini kok sampai melibatkan pak RT, lha mbok bapak bicara langsung saja dengan saya, wong saya ini juga rasanya nggak sulit kok diajak bicara..... Baik, saya minta maaf dan saya akan pasang talang di genting saya"
Pak B menambahkan:
"Dan saya berharap kepada bapak, untuk hal-hal lain yang berkaitan dengan urusan antar-kita, nantinya bapak tidak perlu membuat ribet pak RT, mari kita selesaikan bersama-sama"

Kisah itu, memberikan gambaran bahwa prasangka sangat sering membuat komunikasi menjadi tersumbat, dan sumbatan itu berpotensi meletus menjadi friksi bilamana salah-satu fihak tidak mampu menahan diri. Apalagi kalau seandainya ada agitasi dan provokasi dari fihak lain yang mungkin memang jahil atau sekedar iseng karena suka melihat tetangganya saling berantem.

Dari peristiwa kecil dan sepele, kita dapat melihat bahwa kejadian-kejadian besarpun polanya ternyata mirip-mirip juga.

Salam damai....