13 Januari 2010

anang ke istana

ketika datang ke istana yang tak ubahnya
rumah biasa bagi para penghuninya:
tunggu, paklikmu masih ada tamu, demikian pesan buliknya

ketika jam sepuluh malam dipanggil
masuk ke kamar: salam-lekum, lik
maka sabdanya:
jangan bicara apa-apa,
sekarang pijit seluruh badanku yang pegal rasanya,
dan jangan berhenti sebelum aku tertidur

sahutnya tanpa bisa berkata apa-apa:
nggih !

lalu paginya
dia tersenyum geli sendiri: apa mesti dikata
kepada juragan besar kita
bahwa misinya gagal-total
bilang saja, kataku,
pesannya sudah sampai
dan beliau tak ada komentar apa-apa


(karena aku sudah menyampaikannya ketika
kudengar dengkur lirihnya,
dalam tidurnya yang begitu lelapnya,
setelah sehari suntuk bekerja untuk negrinya)


LO, kira-kira 2001 – untuk adikku AAQ

.

11 Januari 2010

selamat jalan, gus

gus,
lama bersamamu
kauajak aku bertamu ke tempat-tempat di mana kebersahajaan bertahta
dalam rupa
dalam jiwa
tapi begitu bebal hatiku menangkapnya

kauajak aku bersamamu dalam tawa dan canda
menepis rasa sesal yang dangkal
menghalau segala haru-biru karena nafsu

kauajak aku berteka-teki sesekali
dan kaukejutkan aku dengan murkamu
sehingga berkerut hatiku, berkerut nyaliku
karena segunung rasa cemas

asyik bercanda bersamamu, gus
seolah waktumu hanya untukku

begitu tak fahamnya aku tentang seluruh angan-anganmu
begitu sedikitnya yang kumengerti tentang apa yang kau tahu
begitu pendeknya hari-hariku dibanding seluruh waktumu
begitu besarnya kau, gus, tak terjangkau pikiranku

tiba-tiba rinduku menggunung
ketika kulambaikan selamat jalan untukmu
sementara engkau berlalu
sambil berlagu penuh cinta, untuk anak-anakku, untuk seluruh saudaraku, untuk bangsaku, untuk seluruh umat manusia

semoga dibukakanNya surga untukmu, gus
aku masih akan selalu belajar padamu

hari kedelapan wafatnya gus dur, 6 januari 2010



juanda, 1982:
serombongan orang masuk ke terminal keberangkatan,
hatiku berdegup kencang: abdurahman wahid, keluarganya dan orang-orang yang aku tak tahu
lidahku kelu, mataku terpaku, lututku kebas-beku:
dialah penulis kolom di ‘tempo’ yang selalu kutunggu kisah dan buah-pikirannya


.