09 Februari 2008

Chemistry dan Asuransi

Ketika Prabowo yang mantan Pangkostrad bicara tentang chemistry, aku jadi teringat ungkapan gaya Suroboyoan tentang hal yang serupa, yakni bethithet (Anda harus berusaha belajar mengucapkan dalam lafal yang betul, karena saya sulit mencari jenis huruf untuk e:diem” dan e:”betet”). Bethithet artinya kurang lebih tampang dan kebiasaan dan lagak seseorang yang tidak menyenangkan bagi orang tertentu lainnya. Sehingga apabila ada arek Suroboyo mendengar cerita tidak enak tentang seseorang yang tidak disukainya, maka komentarnya biasanya: Ancen wis ngono iku bethithete...!

Jowo Suroboyoan terlampau lugas, bahkan kasar bagi orang-orang yang terbiasa hidup dalam dunia Jawa Alusan. Tetapi jangan keliru, kasar bukan kurang ajar lho. Kasarnya Suroboyoan adalah kasarnya Seno, atau Werkudara.

Kembali ke chemistry.

Terkadang kita cukup terganggu dengan penampilan seseorang pada awal kita bertemu dengannya, padahal kita belum mengenal sedikitpun orang itu.

Kontak awal yang terganggu secara ‘naluri’ tadi kemudian akan mengganggu ketika kemudian komunikasi harus berlanjut untuk sebuah pekerjaan atau bisnis.

Akan lebih mengganggu lagi apabila chemistry ini terjadi dua arah. Bisa hampir dipastikan akan sangat potensial menggagalkan pencapaian sasaran bersama.

Lantas bagaimana cara untuk mengatasi ketika memang business must go on?

Cara paling sadis dan bergaya Suroboyoan ya: tabrakkan saja sekalian dalam sebuah adu argumentasi atau debat langsung. Kalah cacak menang cacak. Coba saja. Kalah menang nggak ada ruginya, toh pangkat kita tetap cacak, kakak, Aa’, saudara tua.

Saya mempunyai pengalaman bahwa adu argumentasi itu sangat perlu. Bahkan perang argumentasi kalau perlu. Karena dengan adu tersebut maka hal-hal yang meragukan dan tidak menyenangkan maupun (sebaliknya) keunggulan-keunggulan akan terpapar gamblang. Dan kemudian tidak mustahil keduanya akan menjadi rekan kerja atau partner yang sangat bagus. Tetapi kalau memang feeling yang bersumber chemistry tadi benar, ya, selesai sampai di sini saja lah.

Tetapi untuk melakukan hal seperti ini memang perlu persiapan mental yang cukup matang. Paling tidak, niat bahwa tabrakan ini adalah sekedar teknik yang dilakukan untuk membuka tabir yang masih tertutup, dan bukan diniatkan untuk mencari menang atau membuat kalah fihak lain. Kemudian, posisi harus diupayakan setara, tidak menggunakan senjata yang tidak dimiliki rekan tanding.

Yang repot adalah kalau seseorang memiliki chemistry yang tidak cocok bagi anak buahnya dan dia tidak sadar bahwa chemistrynya mengganggu anakbuahnya.

Siapa yang harus mulai main tabrak-tabrakan? Lantas kalau penyok, ada asuransinya apa enggak?

2 komentar:

  1. gardho oto atawa otosilin opoo mass. ngko rak cllingg

    BalasHapus
  2. promosiiiii .....
    ketabrak yo wis,
    tuku sing anyar maneh (nek nde dhit!)
    ....repotnya, nek sing penyok atine

    BalasHapus