Ketika saya berhadapan dengan seseorang dan kemudian orang itu berbicara disertai badan tegak kepala ditarik leher digedein vokal dimantep-mantepin, seorang teman mengomentari: uih, lagaknya ....... disambung dengan bla-bla-bla-bla ....... Eh ternyata teman tadi cukup mendapat bahan untuk meledakkan ketidak-sukaannya menyaksikan gesture dari orang yang berbicara tersebut.
Orang Jawa punya ungkapan : 'wong Jawa enggone semu' yang artinya kurang-lebih bahwa orang Jawa adalah orang yang sensitif terhadap gesture. Contohnya, apabila bos mengerutkan kening ketika mendengarkan laporan kita, maka itu dapat ditafsirkan bahwa bos tidak setuju atau tidak suka dan tidak percaya terhadap laporan kita.
Mungkin bukan hanya orang Jawa saja yang sensitif kepada 'semu' tadi, tetapi orang bukan Jawa pun faham juga. Bedanya, yang Jawa biasanya cenderung menyikapi dengan hati dan perasaan (suka, benci, cinta, bosan) sedang orang-lain cuek-bebek tetapi menyikapi dengan rasio. Dua-duanya bisa benar, baik yang Jawa maupun bukan Jawa, namun yang lebih penting tentunya bagaimana kita merespon gesture secara proporsional tanpa mengganggu atau memanjakan hati sendiri dan hati orang lain.
Ati2 mas ngadepi gesture nya orang jawa terutama yang suka mesam mesem karena a=e. Mesem bisa berarti ya tapi mesem juga berarti tidak ☺ apalagi kalau kontrol dari dalemnya sudah bener2 terkendali. Coba kalo udah gini ?=!!=♥=☺=$
BalasHapusBingung kan ? ga ono bedane. ati2 dg gesture.
ono wong jowo,sing jowo
BalasHapusono wong dhudhu jowo,sing jowo
ono wong dhudhu jowo,sing 'ra jowo
tapi.........
ojo sampek ono....
wong jowo,sing 'ra jowo.........
semu....?????????????????????
menurut saya, gesture lebih jujur daripada serangkaian kata.
BalasHapussemburan kata-kata marah seorang ibu kepada anaknya, masih disertai sikap badan serta pandangan mata yang penuh kasih.
sebaliknya pidato kampanye camac (calon macem-macem), gesturenya cuma bilang: ayoooo... (yang penting) dukung agar saya sukses!
tetapi setelah itu, apa?