19 Februari 2008

Abdul Butun

Semula saya tidak tahu arti dari tulisan tadi, tetapi setelah nguping sana-sini dan ngintip sini-sana ketemu maksudnya yang kurang lebih: abdul=hamba atau kawulo, butun= lambung atau wadhuk tapi bukan lambung kapal atau wadhuk Gajah Mungkur, yang ini adalah lambung atau wadhuknya manusia.Jadi Abdul Butun sama dengan Hamba Perut atau Ngawulo Wadhuk.
Kocak juga tulisan di kaca belakang angkot di kota saya ini! Dalam hati saya berkata nyindir ni yee !!!!

Saya pernah bekerja di bagian yang nama singkatnya PPAB. Bagian ini banyak ibu-ibunya dibanding dengan bagian lain. Nah Anda tahu sendiri, kerja dengan para ibu ini banyak enaknya lho, paling tidak: ada saja camilan yang tersedia. Dan setiap saat, bukan lagi setiap hari. Cemilan tersedia dengan kategori : Berat dan Ringan. Yang berat: Nasi Ayam Pedes, Nasi Soto Ayam, Nasi Ikan Bakar, Nasi Campur Tambakb...., dan nasi-nasi yang lain, paling tidak nasi dan sayur dari kantin yang didampingi oleh sambel 25 biji lombok rawit. Huaaaaahhhsssssss.
Yang golongan cemilan ringan: Tahu goreng, tempe goreng, bakpia, pisang rebus, kue-kue lebaran dan natalan yang tidak laku di rumah karena bosen.
Anda pernah lihat kambing atau sapi memamah-biak? Nah, perhatikan gerak mulutnya. Itulah teman-teman saya yang baik hati. Mulutnya bergantian saja mengunyah makanan. Kadang-kadang kalau lagi sepi dari makanan lalu nyeletuk: kok kaga ada cemilan ya?, adaaa saja yang kemudian jatuh kasihan lalu membuka dompet dan : diiiiikkk, tolong beli ABCDEFG, ada yang kelaparan nih!
Dari itu maka kemudian Bagian PPAB ditahbiskan dengan kepanjangan baru: Pasukan Abdul Butun! P yang satunya dianggap nggak ada. Rupanya butunnya bukan lagi berisi cuma cacing, tapi sudah kesusupan wong mbambung, yang tiga hari nggak makan nasi. Gelandangan kelaparan yang menyusup di dalam lambung.

Pernah suatu saat terjadi huru-hara di kantor oleh Pasukan ini. Ketika isengnya sudah tidak ketulungan lagi karena wong mbambung yang ada di butun sudah sangat kurang ajar, dilakukan acara masak ketika jam istirahat. Bikin martabak mie, yang baunya menelusup menyusuri lorong-lorong bangunan lalu mengusik cacing yang ada di lambung teman-teman lain. Pada kali yang lain, terciumlah aroma yang lebih dahsyat mengguncang lingkungan kerja: steik!

Dampaknya.
Pelan tapi pasti BMI naik. Body Mass-Index. Terutama para ibu yang sangat sensitif terhadap perilaku ngemil. Ngemil 50 gram naiknya satu ons.
Pakaian kerja mulai terasa sesak di badan. Ndut-pun mulai mencemaskan hati karena berpotensi mengganggu kemolekan.
Lalu?
Sampai sekarang tradisi masih berlanjut. Seakan mulai berubah jadi ritual, terutama kalau lagi ada yang berulang tahun, karena di ruangan kerja dipasang kalender dengan angka penanggalan yang buesar-buesar, dibongkar dan ditempel di satu papan besar untuk setahun penuh. Dan pada setiap tanggal kelahiran seorang rekan, maka tanggal tersebut distabilo.
Katanya sih, biar kita tidak lupa memberi ucapan selamat ulang tahun, tetapi ada maksud yang lain, itulah agenda pasukan Ngawulo Wadhuk.

Menjadi Ndhut adalah soal masing-masing, tapi yang jelas melalui acara ngemil dan memamah-biak bersama ini diusahakan terjalinnya kerjasama yang baik melalui kedekatan hubungan di antara anggota tim.
Bikin kangen yang sudah pensiun lho!

4 komentar:

  1. Tradisi itu harus tetap berjalan untuk menciptakan suatu keakraban dan untuk menambah SEMELOHE para ibu, kan lagi ngetren biar gendut tapi cantik. PD aja gitu lho....

    BalasHapus
  2. Setuju.
    Yang pertama: Ndut bukan masalah asal tetep jaga kesehatan.
    Yang ke dua: Setiap komunitas punya style masing-masing untuk menjaga harmoni lingkungannya.
    Ke tiga: Kapan memamah-biak sama-sama lagi?
    Salam untuk semua .....

    BalasHapus
  3. Sok tahu lu emangnya gue siapa dan emangnya gue pernah memamah biak sama-sama

    BalasHapus