08 Januari 2008

Kepada bang Deddy Mizwar


Nagabonar Jadi 2. Tokoh yang diperankan oleh Deddy Mizwar ini sangatlah pas untuk mengingatkan kembali cita-cita kebangsaan yang kemudian menjadikan Indonesia merdeka. Banyak adegan yang semuanya mengaduk-aduk pikiran penonton, yang mau menonton dengan pikirannya tentu saja.

Namun tampaknya perhatian sebagian dari kita sudah tidak ke sana lagi, kepada cita-cita tentang Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Gempuran segala rupa keadaan, ipoleksosbudhankam (singkatan asli Indonesia yang mungkin juga akan dibajak) telah mengikis dan memelintir cita-cita ini sehingga daya dorongnya menjadi lembek.

Sebagian harus berjuang melawan keadaan ekonomi yang berat membebani, dan sebagian lagi berjuang mengejar mimpinya sendiri, sementara yang benar-benar berusaha untuk berpikir dan melakukan upaya-upaya ke arah perbaikan, telah terjebak di tengah kemelut kesulitan yang sepertinya mustahil untuk diurai.

Pergantian pemimpin demi pemimpin tidak membuat mimpi kemerdekaan bangsa ini menjadi semakin jelas. Namun malah sebaliknya, menambah beban bagi bangsa karena yang muncul kemudian adalah pertikaian demi pertikaian, mulai dari pertikaian politik, pertikaian akibat main bola, pertikaian akibat orang mabok dari kampung sebelah, pertikaian akibat penggusuran sampai dengan pertikaian karena berebut sembako bantuan bencana. Dan pekerjaan beralih menjadi menghilangkan pertikaian yang muncul di mana-mana.

Saya menonton filem ini berkali-kali dan tidak pernah bosan. Filem cantik, sarat pesan moral kebangsaan. Dan untuk kesekian kalinya, saya menonton lagi di TV yang beberapa menit kemudian menonton lagi di teras rumah pak RT bersama para tetangga di malam tahun baru.

Bang Deddy, Naga,

bikin dong lagi, filem seperti itu, yang mungkin untuk kali ini tentang politisi 'putih' dari djaman perdjoeangan doeloe, yang mendedikasikan dirinya untuk toemboeh dan besarnja bangsa Indonesia. Kalau perlu sekalian dengan episode lanjutannya tentang anak sang tokoh yang di kemudian hari juga menjadi politisi, atau justru sebagai korban politisasi. Agar bisa ditonton semua orang.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bang Deddy, sementara kemarin di Kirishima saya dari meja sebelah dengar abang bilang ' belum ada ide lagi'.

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar