19 Januari 2008

Bertemu Kembali (10) - Hilang

Pertarungan silat antara golok dan cemeti pendek itu terjadi di ruang tengah rumah, aku menyaksikan dengan mata-kepala sendiri. Ngeri juga. Sementara di dapur, ubi rambat goreng yang baunya mengundang selera sedang menjalani proses di atas wajan. Dua diantara anggota geng Avirra yaitu si Aries dan Virgo masih ber has! issss! wussss!
Ketika mereka selesai, kami bertiga lantas mengerjakan PR fisika klas tiga SMP. Hari itu kami belajar di rumah, tidak seperti biasanya yang memilih tempat gubug di tengah sawah atau di atas batu besar yang datar di kali Lamat. Ujian SMP sebentar lagi akan sampai, dan kami harus belajar. ( Eh, jadi ingat Laskar Pelangi – Andrea Hirata)
Usai ujian, tiba saat berpisah, sementara dua petarungku tetap tinggal, aku pindah ke luar kota, tinggal di rumah kakek dan bersekolah di Purworejo. Komunikasi lewat surat berlangsung sangat intens antara dua anak remaja. Aries sang Petarung yang adalah sahabatku Widayanto, sangat rajin berkirim surat, sampai-sampai kakekku hafal tulisannya yang bergaya di setiap sampul suratnya.
Lulus SMA aku pindah lagi. Kali ini ke Surabaya. Komunikasi putus. Suratku tak berbalas.
Sampai kemudian tiba-tiba Widayanto muncul begitu saja ke rumah dengan wajah resah. Penuh masalah. Ternyata untuk waktu lama, dia tinggal di sebuah rumah yang kira-kira cuma sepuluh menit jalan kaki dari tempat-tinggalku. Dan kami baru tahu itu ketika bertemu.
Kami berpisah lagi. Widayanto lenyap tak terlacak bagai tertiup angin pancaroba. Dan bertemu lagi bertahun kemudian. Mengejutkan sekali.
Ketika itu adik iparku diterima bekerja di sebuah perusahaan farmasi, dan diundang untuk wawancara. Manajer yang akan mewawancarai: Widayanto !
Malam sebelum wawancara, kuantar adikku ke rumah beliau, dan kami sama-sama kaget. Widayanto-ku, pendekar bercemeti pendek, ada dihadapanku. Memori masa kecil berkilas-kilas. Pertemuan dan perpisahan silih berganti tanpa diduga.
Teringat dialog antara almarhumah ibuku dengannya: Piye nak Hwie? Kok suwe ra dolan rene? – Inggih bu, lha Paromo rak mboten wonten mriki – Dadi, nek Suko ra ono terus nak Hwie ra niliki aku, ngono to? – Wah, nggih mboten to bu ......
Widayanto kemudian menghilang lagi dari jangkauanku. Tak terlacak lagi. Sampai sekarang.

Teman, dimana kau berada, wahai pendekar angin pancarobaku ?

1 komentar: