10 Mei 2008

wajan penggorengan

inilah wajan penggorengan
di mana minyak dan air dijerangkan
makanan dimasak agar dapat dimakan dan menyehatkan
di atas api, di atas wajan bahan makanan dituang bersusulan
dijaga agar masak benar tak kurang atau kebablasan
hingga nikmat disantap hingga tak sia-sia terbuang
kerna setengah matang atau gosong menghitam seperti arang

inilah wajan penggorengan
bernama rumah tempat tinggal keluarga, dimana kasih-sayang ditumpahkan
disertai segunung doa untuk kelangsungan garis keturunan
penuh berlimpah martabat dan keselamatan
dengan harapan agar senantiasa saling menjaga kedamaian dan kerukunan
menjauhkan diri dari pertengkaran dengan saling bicara penuh kejujuran
bukan sekedar mendahulukan keinginan sendiri dan memaksakan kemauan

inilah wajan penggorengan
bernama sekolah bernama madrasah bernama tempat pendidikan
di mana ilmu dan adab diajarkan
di mana bermasyarakat diperkenalkan
di mana pengetahuan dan wawasan senantiasa diuji
kearifan dan sikap ilmiah setiap hari dikaji
bukan sekedar nilai yang sebenarnya hanya sebuah alat untuk mawas diri
apalagi hanya untuk sekedar pandai agar bisa dipamerkan kepada khalayak ramai
di mana ujian hanyalah sebuah tolok ukur pencapaian
sejauh mana ilmu pengetahuan mampu diserap dan diterapkan untuk memecahkan persoalan
di mana kegembiraan digelarkan, agar sikap positif selalu menjadi pegangan
di mana keyakinan akan kesetiaan pada nilai-nilai kebenaran dipercontohkan

inilah wajan penggorengan
bernama dewan perwakilan yang anggotanya disebut sebagai yang terhormat
di mana setiap saat digelar sidang untuk bermusyawarat dengan menjunjung tinggi setiap pendapat
dan menjalinnya menjadi keputusan-keputusan yang membawa manfaat
bagi seluruh rakyat yang telah memberikan amanat
dengan kepercayaan penuh untuk menjadi bangsa yang kuat
di tengah pergaulan bangsa-bangsa di seantero jagad
tempat musyawarat para anggota dewan yang terhormat yang takut kepada laknat
yang akan jatuh secara lambat atau cepat apabila amanat ternyata disunat
tak lagi ditunaikan dengan benar dan cermat

inilah wajan penggorengan
bernama kabinet yang dipimpin oleh kepala negara
yang bekerja keras menjaga agar kehidupan masyarakat terjaga dengan sempurna
cukup makan, tersedia rumah, terjamin keamanannya
seluruh rakyat hidup tenang dalam pekerjaannya
tak lagi ada rasa cemas akan masa depannya berikut anak-anaknya
menjaga agar bumi, laut dan udara beserta segala yang ada di dalamnya
yang telah dikaruniakan dengan berlimpahan di seluruh nusantara tercinta
diatur dan dikelola dengan baik agar memberikan sebesar-besar manfaat untuk rakyatnya
oleh kabinet yang bekerja secara solid dan kompak demi bangsa dan negara
bukannya wakil kelompok yang lebih berat untuk membela kelompok asalnya
kabinet yang cerdas dan peka dalam membaca keadaan dunia
agar bangsa selamat sampai kepada tujuan sebagaimana amanat dasar negara

inilah wajan penggorengan
yang berada di gedung-gedung agung bernama mahkamah pengadilan
di mana kesalahan dan kebenaran dalam bertata-masyarakat diuji
melalui gelar persidangan perkara dengan menghadapkan yang diadili, saksi maupun para ahli
yang saling beradu argumentasi pada masing-masing sisi yang diyakini
yang senantiasa menjunjung tinggi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa dan bukan demi yang lainnya

inilah wajan penggorengan
berupa pentas pertunjukan kesenian di kampung-kampung, galeri dan jalanan
di mana seni dan sastra digelarkan
di mana caci-maki dan sanjung dapat diwujudkan
menjadi sebuah hidangan yang menggugah kepekaan perasaan
untuk membuka katup-katup yang buntu di dalam kepala, di hati dan perasaan
lalu diwujudkan dalam karya yang indah, dramatik ataupun guyonan
membuka kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kehidupan
yang perlu dijaga keseimbangannya agar tak meledak merugikan

inilah wajan penggorengan
bernama majelis, majelis kajian di mana berkumpul orang-orang alim
yang tak akan pernah bosan-bosan bicara menggemakan pesan-pesan illahi
untuk menyadarkan bahwa kehidupan setiap makhluk memiliki nilai
dan diingatkan bahwa selayaknya harus dihormati
bahwa tak ada kelahiran yang dimulai dengan cacimaki
demikian pula kematian yang pantas disoraki
semua selalu diantar dengan harapan dan puji
ketika datang dan ketika pergi secara suci

inilah wajan penggorengan
yang berada di tempat-tempat di mana hati dan jiwa dihadapkan
pada setiap saat siang, malam, pagi dan pada setiap kapan
pada setiap perbuatan dan ukuran diperbandingkan dalam keheningan
dalam setiap janji kesetiaan ketertundukan dinyatakan
setiap penyesalan dan pertaubatan diserukan dengan diam
dan kesadaran akan kefanaan digemakan dalam ingatan

inilah wajan penggorengan
yang bila rusak
binasalah kehidupan yang diserahkan untuk dijaga sebaik-baiknya

inilah wajan penggorengan
adakah telah terlupakan ?

2 komentar:

  1. Wajan penggorengan ibarate "kawah condrodimuko" diwolak walik gosong nganti mateng... gendirpenjalin dadi pandhito..... pendito durno dadi begawan... sik wis lolos nembe mbah soero tok... kipas2 "ternak teri" tambah duwur ma'ripate........

    BalasHapus
  2. poro ingkang sidhik ing paningal
    monggo sami sedhakep asuku tunggal
    amesu budi amrih wewah waskithaning manah
    ......
    wis mbuh, teruse

    BalasHapus