28 Mei 2008

Sampai Setengah Tiga

Para pensiunan sedang bercengkerama di teras samping rumah yang teduh di siang pukul 10 itu. Lima-enam orang yang rambutnya putih dan kelabu duduk menghadapi cangkir minuman dan tahu-tempe goreng di atas piring.
“ Kita harus bisa menikmati masa pensiun ini dengan sebaik-baiknya. Jangan banyak berpikir tentang sesuatu yang sudah tidak mungkin kita lakukan, apalagi berangan-angan dan berpikir untuk mencapai sesuatu yang sifatnya materi. Salah-salah jadi makan hati dan malah berakibat stress atau sakit. Nikmati saja.”
“ Bisa saling bertemu seperti ini saja, senangnya luar-biasa. Ngobrol, ketawa-ketawa, cerita tentang masa lalu, pengalaman-pengalaman....”
“ Soal anak-anak, mereka sekarang sudah dewasa. Coba kita ingat kembali. Ketika kita masih seusia mereka, pernahkah kita berpikir bahwa orang-tua kita berpikir tentang kita ? Toh nyatanya kita bisa menjalani hidup kita sampai dengan saat ini ...”
“ Kita bisa mengisi hari-hari ini ...”
“Dengan apa, ya ? Bisnis ? Kita kurang pengalaman, dan itu perlu modal serta risiko yang belum tentu kita siap menghadapinya. Kerja ? Ah, bagaimanapun tenaga kita sudah tidak sepenuh dulu, dan pikiran kita sudah tidak cocok untuk menyelesaikan dan menangani hal-hal yang terjadi sekarang. Salah-salah keberadaan kita di tempat kerja justru akan mengganggu yang lainnya..”
...... Bagaimana dengan kerja sosial semacam membacakan buku-buku di lembaga-lembaga tunanetra, misalnya? Atau membantu pak Lurah mengatur filing data penduduk yang ada di kantor kelurahan kita masing-masing? Dan kalau itu kita lakukan bersama-sama, bukankah menjadi lebih menyenangkan lagi acara dan bermanfaat ?....
Pembicaraan ngalor-ngidul berlangsung dengan seru tapi asyik, meskipun terkadang melenceng-lenceng ke sana-sini. Saya, dari sebelah mengikuti pembicaraan itu diam-diam sambil sesekali mengamati ekspresi mereka masing-masing.
Pukul setengah tiga siang pertemuan santai itu bubar, para pensiunan kembali ke rumah masing-masing.

7 komentar:

  1. ada yang bilang, pak, kalau usia pensiun itu sudah bukan usia priduktif lagi seiring dengan bertambahnya usia. namun, masih banyak juga yang kreatif mencari usaha yang bisa membikin hidup lebih bermakna. yang menyedihkan kalau sampai terkena post power syndrom. ini yang repot, pak, hehehehe ....

    BalasHapus
  2. hmmm... menyimak pembicaraan retiree sampe jam stengah tiga pak? wayah wayah... :D
    ajakin bikin acara amal apa gitu biar ga kena kepikunan seperti nenek saya :(

    BalasHapus
  3. @pak guru: wah, tamu agung, nih, sugeng rawuh,
    beliau2 itu dijamin bukan pengidap PPS kok
    juga gak ada yg nyalon di pilkada n pilkades
    andai ga gaptek, mau saya ajak ngeblog
    @neng tasya: saya ini cuma nguping sepotong2
    bliau2 tu punya klub KEMPES=klub manula
    pcandu sepeda, bikers andal 64th ke atas

    BalasHapus
  4. enaknya pensiunan mengerjakan hobi untuk isi waktu, sukur2 bisa menghasilkan malah bisa nyangoni putu2 njajan.....

    BalasHapus
  5. Makasih Mas Paromo, saya sudah resmi menjadi sedulur lanang dalam blogg.
    Nguping obrolan pensiunan kadang asyik, tapi kadang sebel juga karena ceritanya itu-itu saja.
    Saya setuju kalau pensiunan menekuni kegiatan sosial akan lebih bermanfaat daripada ngobrol ngalor ngidul, toch disitu masih bisa macit tempe tahu goreng, mudah-mudahan masih "tedas"
    Yang merasa pensiunan jangan tersungging boo....

    BalasHapus
  6. jgn banyak gorengan,inget kolesterol :p

    BalasHapus
  7. @ mbak endang: cucunya minta avanza...
    @mbah suro: kegiatan sosialnya jadi pengurus kampung, arisan keluarga, arisan rt/rw/pensiunan, ngaji (banyak bolosnya), ndopok...
    @senja: enak dikasi bubur maizena, hunkwee, ager2 saja ya, biar ttp sehat (eh, kesian amat) ...

    BalasHapus