23 Mei 2008

Lukisan Kasih Sayang

Sebuah pigura berukuran 40x40 cm tergantung di dinding belakang tempat duduk Direktur Produksi. Di tengahnya terpasang sebuah lukisan coret-moret di atas kertas putih seukuran post-card, yang kentara sekali pelukisnya seorang anak balita.
Setiap orang yang duduk di depan Pak Direktur pasti akan melihatnya.

“ Lukisan bikinan cucunya, pak ?” tanya saya.
Senyum mengembang penuh kebahagiaan terpancar pada wajah beliau “ Benar, Mas. Cucu saya yang pertama, usianya tiga tahun lebih sedikit.”
“ Pengobat rindu ya Pak?”
“ Begitulah. Juga pelepas lelah dan ketegangan pikiran”. Saya melihat senyum seorang kakek yang demikian bahagia.
“ Bapak punya gambar seperti itu buatan putra Bapak waktu kecil ?” tanya saya mengusiknya, karena saya hampir yakin bahwa beliau tak punya atau tak menyimpannya.
Beliau tertawa lebar menjawab pertanyaan saya tadi : “ Nah itu masalahnya. Waktu masih jadi bapak muda dulu, tak pernah terpikir untuk hal seperti ini, Mas” tertawanya terdengar seperti mentertawakan dirinya sendiri. “ Saya terlalu bodoh sehingga tidak melakukan hal itu karena pikiran saya sudah habis saya gunakan untuk memikirkan pekerjaan dan diri-sendiri”.
“ Cucu ada berapa, pak ?”
“ Ya, baru satu ini.”
“ Ooooo, rasa sayangnya ditumplek habis, ya Pak?”
Tertawanya berlanjut.

Dalam pikiran saya, apakah setelah cucu bertambah menjadi dua, tiga, lima atau tujuh nanti beliau akan mengkoleksi lukisan-lukisan serupa? Saya tidak yakin.
Dan saya membayangkan diri saya sendiri pada saat nanti saya seusia beliau.

6 komentar:

  1. Cucuku pertama seorang perempuan yang usianya baru setahun, setiap datang kerumah selalu saya potret, lucu Mas... Belum terbayang kalau cucuku tambah satu, dua dst, mungkin juga kasih sayang terbagi....

    BalasHapus
  2. Ketika punya anak pertama saya bilang pada seorang kakek tua.
    '' Kek.. nyium anak tuh lebih enak daripada nyium pacar ya''
    Kakek njawab dg kalemnya.
    '' Belum nak... nyium cucu jauh lebih enak lagi''
    '' Ha ? " maunya nyombong
    ketanggor 'kuwuk'e.

    BalasHapus
  3. kata ustad indro:
    "... paling nikmat ya nyium sajadah... "
    nah, kali ini ketanggor kyaine

    BalasHapus
  4. wah saya, anak saja belom punya apalagi cucu...suami saja blm ada

    BalasHapus
  5. Papa saya dulu tidak sempat "meminta" saya mencoret-coret kertas saat saya masih kecil. Nanti jika saya punya anak, bagus juga sepertinya "menghadiahi" eyangnya coretan-coretan di atas kertas buatan cucunya...

    BalasHapus
  6. >> nja dan nunik:
    paling tidak pernah corat-coret baju waktu lulus sma kan?
    thx komennya

    BalasHapus