27 Maret 2008

Pangkat dan Rejeki

Senyam-senyum kecut saya membaca sms teman dari jauh yang lagi suntuk. Berawal dari sms tentang blog, buntutnya cerita tentang promosi karyawan. Pada musim promosi di Perusahaannya, beberapa karyawan yang usulan promosinya ditangguhkan, dihibur oleh para atasan dengan kata-kata copy-paste: Sabar saja, pangkat dan rejeki sudah diatur oleh Tuhan yang Mahakuasa. Hiburan klasik yang sulit diterima oleh para karyawan yang rata-rata sudah makan kampus, para penyandang gelar S-1 dan S-2 yang sudah terbiasa dengan analisis dan statistik.
Saya juga heran, hare gene masih ada hiburan (yang sebenarnya vonis) copy-paste seperti itu. Mbok ya dibuka saja, biar yang bersangkutan bisa melihat dan memahami dasar penolakan dari usulan promosinya. Ukurannya seberapa, mutlaknya seberapa, relatifnya seperti apa, kebutuhan Perusahaan dan kemampuannya bagaimana, dan seterusnya. Jangan kok gampangan mewakilkan putusan kepada kekuasaan Tuhan, hanya agar bawahan tidak bertanya lagi. Atau, kalau mau dispiritualkan ke sana ya ndak apa-apa, tetapi yang realistis berdasar aturan dan kenyataan dibuka dulu. Dijabarkan dalam angka-angka yang dimengerti, atau lebih baik lagi dimengertikan kepada ukuran-ukuran sebelum penilaian dilakukan, sehingga sama-sama enak. Baru setelah itu diskusikan nilai-nilai spiritualnya.
Ketika seseorang berhenti sebagai karyawan pada kedudukan pemimpin entah karena mutasi, pensiun atau berhenti, rasanya bukan sebuah kisah sukses, kalau kepergiannya diantar dengan cibiran oleh para bekas bawahannya.

Ada teman yang bercerita kepada saya bahwa di tempatnya bekerja seorang pensiunan manajer SDM yang sudah sepuh ketika mau masuk ke lift diganggu oleh para karyawan bekas anak-buahnya yang mengidap dendam dengan cara didesak-desak sampai beliau oleng hampir jatuh. Kasihan juga, kata teman saya tadi. Ternyata bapak bekas manajer tadi sangat tidak disukai kala menjabat karena kesewenangannya. Tentu deskripsi kesewenangan menurut para anak buah belum tentu seluruhnya benar, tetapi kalaupun tidak seluruhnya benar, gangguan kepada bapak tadi sudah memberikan gambaran apa yang terjadi di tempat kerja semasa sang bapak menjabat.
Saya kok menduga bahwa komunikasi di tempat itu tidak berjalan dengan baik, sehingga kesalahpahaman akhirnya berbuntut menjadi kesumat pribadi.

Seorang bawahan biasanya mengharapkan atasannya adil dan bijak, seorang atasan mengharapkan bawahannya setia dan jujur. Kalau hanya ini saja, menurut saya tidak akan memberikan jaminan bahwa tugas akan berjalan dengan baik. Bagaimana kalau semua dikenakan kepada semua, atasan juga setia kepada bawahan dan jujur tentang apa yang dilakukannya, dan bawahan harus adil dalam melakukan tugasnya serta bijak memahami kesulitan atasan.
Sesuatu yang sangat panjang dan debatable. Tetapi akan lebih baik kalau sebelum diperdebatkan dengan orang lain, diperdebatkan dalam diri sendiri masing-masing. Agar tidak secara gampangan menggunakan Tuhan sebagai penghenti urusan pangkat dan rejeki. Karena Tuhan yang Mahakuasa terlalu Maha bagi kita, manusia yang lemah, sehingga tidaklah pantas kita menyebut AsmaNya untuk menutupi kelemahan kita. Maaf.

2 komentar:

  1. Pangkat dan jabatan itu sangat bermakna bagi orang yang sandang pangannya dari situ. Kalo dia sudah punya sumber lain pangkat hanya sebgagai prestise saja. dan ini diperebutkan oleh orang2 yang sudah establish.
    Bagi sebagian orang pangkat dan jabatan itu hanya ngribeti saja karena jabatan sebenarnya mengandung amanat yang sangat berat.
    Jabatan sebaiknya diberikan pada orang yang tidak minta sedang orang yg memintanya lebih baik jangan dikasih karena pada orang yang ambisius pasti ada apa2
    dibaliknya.
    Trims.

    BalasHapus
  2. muaranya satu : pengasilan bin bayaran bin duit
    ditambah lagi prestise bin gengsi
    imbuhnya kekuasaan dan kewenangan
    kewenangan untuk menjalankan tugas dengan lebih baik, yang bisa ( ! ) menghasilkan penghasilan hasil dari ngasili asil dari kewenangan yang di-hasil2-kan
    seperti kata mutiara: power tends to corrupt
    gitu kali ya?
    Ya iya lah

    BalasHapus