01 Maret 2008

Laskar Pelangi

Saya adalah pembaca buku ‘Laskar Pelangi’ karya Andrea Hirata, dan saya kagum kepada beliau karena buku itu semula ditulis tanpa pretensi untuk dapat diterbitkan, apalagi untuk menjadi best-seller. Latar belakang penulisan buku itu (ingin saya share untuk teman-teman semua) bermula ketika beliau menjadi volunteer di Aceh. Menyaksikan seorang ibu guru yang memasang tulisan besar di depan sekolah yang porak-poranda dihantam tsunami. Posternya berbunyi: AYO SEKOLAH, JANGAN MENYERAH. Sosok ibu guru yang pantang menyerah yang menginginkan anak-anaknya tetap bersekolah dalam keadaan apapun. Seperti itu pula ibu Muslimah yang pernah mengajar beliau. Tiga minggu beliau menyelesaikan sebuah tulisan yang ketika selesai kemudian dicopy sebanyak 12 set dan dibagi kepada para anggota Laskar Pelangi serta disampaikan kepada Ibu Muslimah dan rekan kerjanya sebagai sebuah memori atas perjalanan hidupnya yang sangat berkesan.
Ketika sang rekan secara diam-diam mengirimkan naskah kepada penerbit dengan nama Andrea sendiri, kemudian buku itu terbit sebagai best-seller. Menjadi salah satu buku yang sangat inspiratif pada saat ini, bukan saja di tanah air, bahkan di luar negeri.
Mendengar bahwa buku itu akan difilemkan, dalam hati saya sangat tidak setuju, karena filemnya pasti akan sangat berbeda dengan imajinasi yang terbangun pada saat saya membacanya, dan ternyata sangat banyak pendapat yang serupa. Tetapi ternyata ada alasan yang sangat kuat, kenapa Andrea Hirata mengizinkan bukunya difilemkan oleh Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana sebagai produsernya, yaitu karena adanya pemahaman yang sama di antara mereka, bahwa karya ini harus lebih banyak dan lebih cepat sampai kepada khalayak masyarakat. Mereka mempunyai idealisme yang sama.
Dalam hati kemudian saya sangat setuju. Biarlah kami pembaca buku itu boleh tetap memelihara imajinasi kami dengan tidak menonton filemnya, dan biarkan filem itu diproduksi dan didistribusikan untuk teman-teman yang tidak berkesempatan membaca bukunya karena berbagai hal. Yang penting, semangat (virus) yang ditangkap tetap sama, yaitu bahwa pendidikan itu penting, bahwa pendidikan yang menginspirasi itu penting, bahwa pendidikan adalah sebuah investasi karakter, bahwa guru yang baik adalah guru yang mendidik bukan hanya mengajar dan segudang hal penting lainnya.
Bertemu Andrea Hirata hari ini tadi membuat saya terkenang seorang teman lama yang hilang. Widayanto, seorang pejuang yang sangat bersemangat dan gigih di mata saya, seperti halnya Andrea Hirata.
Bung Andrea Hirata, saya tunggu virus Anda berikutnya. Salam.

4 komentar:

  1. Saya belum sempat melihat Laskar Pelangi ini. Namun cerita tsb menggambarkan bahwa sebenarnya di sekitar kita banyak kita jumpai pahlawan tanpa suara. Mereka dengan sepi melakukan tugas kemanusiaan untuk kebaikan bersama. Contohnya adalah Ibu guru yang diceritakan tadi. Sayang dalam dunia nyata kita kadang tak mampu menghargai pahlawan2 sepi ini. Yang kita junjung tinggi adalah mereka yang berteriak lantang walaupun tak melakukan sesuatu. Salam hangat

    BalasHapus
  2. Yang menyepi kan tidak terdengar dan terlihat to pak, kecuali ada yang mencari atau kebetulan menemukan.
    Di jaman yang pating blulung dan pating glidrah seperti ini memang sulit untuk dapat melihat suara dan sosok yang samar dan senyap.
    Kalau memang sulit dilihat dan didengar tetapi perlu diketahui, berarti dibutuhkan mediasi dan publikasi ya? Berapa besar masing-masing bisa mengambil peran ini? Bagaimana? Lewat apa?
    Matur nuwun, Ki.

    BalasHapus
  3. Mas Suko, novel laskar pelangi ini sungguh membangkitkan kenangan saya pada seseorang yang benar - benar saya kagumi. Beliau ketika SD harus menempuh perjalanan jauh dari Pepe hingga ke Wonogiri sama seperti Lintang dalam cerita L P. Bahkan dalam pengabdian beliau pada pendidikan tak kalah dengan ibu Muslimah. Dari Papua, Timor-Timur hingga daerah2 di Jawa telah di rambahnya. Bahkan saya sangat ingat akan kontribusi mas Suko menggambar untuk beliau siklus angin sebagai bahan penataran.
    Kalau Mas Suko menunggu virus yang baru dari Andrea, saya malah masih menunggu orang yang mau meminjamkan buku ke 4. Mas berminat meminjamkan tetralogi yang terakhir?

    BalasHapus
  4. waduh dik,
    katanya dik andrea (ini sumprit serius) maryamah karpov nunggu setelah shooting laskar pelangi selesai, jadi memang sekarang belum ada yang punya.
    tentang beliau, selalu jadi inspirasi kan?

    BalasHapus