Yang menyebabkan saya menulis tentang hal ini adalah pak Permadi yang menginformasikan besarnya salah-satu tunjangan gaji dari anggota DPR-RI.
Lauk adalah teman makan nasi. Di dalam kuliner Barat saya tidak tahu padanannya, karena saya terlalu bingung dengan tata-boga mereka.
Yang saya tahu paling-paling ya makan nasi dengan lauk dan sayur, dilanjut dengan pisang atau saudaranya yang lain, kalau ada. Jadi tak ada itu yang namanya appetizer, pembuka, menu utama, penutup, dessert, dan sebagainya, yang barat banget itu.
Tapi ternyata kebiasaan makan saya dengan lauk ini menjadi standar ABRI lho. Buktinya ? Saya pernah baca bahwa dalam komponen gaji tentara Republik Indonesia ada yang namanya uang lauk-pauk. Nah, jadi betul kan kalau kebiasaan makan saya digunakan sebagai standar oleh ABRI?
ABRI lho, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, tentaranya negara kita.
Tentara yang punya doktrin paling hebat sedunia, yang menurut pak Jaya Suprana dalam sebuah diskusi tentang strategi Sun-Tzu, mengatakan bahwa doktinnya ABRI kita diakui hebat oleh Westpoint dan akademi militer Jerman.
Bukan main.
Saya tidak tahu, mengapa mereka mengakui hal itu. Sekedar basa-basi, karena sudah mengkaji secara ilmiah (untuk kemudian mengadaptasi) atau yang lain lagi, yang jelas saya tiba-tiba menjadi terperangah ketika beberapa hari yang lalu koran Jawa Pos dalam salah satu beritanya mencantumkan grafis perbandingan penghasilan ABRI dengan Tentera Diraja Malaysia dan Singapur. Ya ampuuun, jauh sekali kita di bawah mereka penghasilannya.
Jadi, mungkin lauk saya yang perlu ditingkatkan ragam, berat, mutu dan frekuensi makannya ya! Supaya mengimbas kepada tunjangan lauk-pauk ABRI kita?
Lha tapi kalau begitu, penghasilan saya juga perlu ditingkatkan dulu dong, supaya lauknya juga meningkat signifikan, kan ini nanti akan digunakan sebagai standar.
Wah, tampaknya pak Presiden dan para Mentri musti kerja keras nih, juga terutama pak Permadi dan kawan-kawannya anggota parlemen yang tunjangan sewa rumahnya sebulan tigabelas juta rupiah itu.
Saya sih bantu-bantu dengan pulsa untuk ngeblog-in info ini saja, semampu saya.
Ha ha..... beda mas. Mereka hidup untuk makan.. jadi tunjangan LP harus tinggi kalau perlu masuk LP....... sedang kita makan untuk hidup.
BalasHapusOke selamat menikmati makan biar tetap sehat.
padahal, dahulu kala sekali, istilah pauk di tempat saya artinya adalah bloon
BalasHapus-> lauk pauk = lauk yang bloon
-> penikmat lauk pauk = berpotensi jadi 'o'on,
lha kok repot tenan, yo!
kalau begitu saya sangat bersyukur karena sebagai anak guru masih bisa makan nasi plus lauk pauk tanpa subsidi pemerintah
BalasHapussubsidi itu kalo ga salah arti adalah bantuan
BalasHapushidup ini lebih bermakna (gayanya kaya pildacil ya) ketika dijalani dengan saling membantu ato saling mensubsidi
tapi kalo ketika segala hal hrs disubsidi, berarti ada masalah dalam mengatur kehidupan, di rumah, di kampung, di kota, di negara
kemarin ada yang ngomelin ( saya cuma nirokke):
' kupinge budeg, matane piceg, lengo gas angel, elpiji langka ....'
saking mblenegnya dengan situasi ra pokro yang ada
eh, sementara steitmen dari wakil kita kok gitu seh,
padahal mereka itu cuma wakil, lho
wis, jan ra urus tenan kok
gitu mas ayok, sing ngati-ati yo dik