Penganan jawa itu tiba-tiba bangkit dari piring yang terhidang di atas meja, ketan gurih yang di dalamnya berisi abon daging dengan dibungkus telur dadar tipis, menjelma menjadi Semar sungguhan. Tokoh gemuk bermata rembes berair, pengasuh para satria bolo-tengen dari jaman ke jaman. Mulai dari jaman Sekutrem sampai era Abimanyu Ongkowijoyo.
Pada jaman apapun kyai Semar selalu ada untuk memandu para kesatria yang berada di jalur kebenaran agar tetap berpegang kepada misi pokoknya yang baku : memayu hayuning bawono.
Kali ini kyai Semar Mendem melakukan manuver yang nganeh-anehi sehingga membuat geger dunia pewayangan termasuk para dalang, pengrawit dan para pesinden.
Mosok, Abimanyu tiba-tiba dimakzulkan dari kedudukan sebagai adipati di kesatrian Plongkowati. Padahal, dulu ketika mau dilantik sudah mendapat restu sepenuhnya. Para penonton menjadi bingung, masing-masing menebak-nebak kira-kira apakah yang dimaksudkan oleh kyai Semar dengan gerakan anehnya ini. Seluruh wayang di dalam kotak maupun yang dijejer di depan kelir juga gelisah. Jangan-jangan manuvernya kyai Semar akan berimbas kepada kedudukan mereka, padahal saat ini masing-masing sedang bersiap-siap untuk memainkan lakon yang skenarionya sudah disiapkan oleh ki dalang.
Gelisah, jangan-jangan semua persiapan akan menjadi sia-sia, hafalan dialog jadi terlupa, bloking kacau, akting berantakan. Wah, pasti penonton akan kecewa, dalangnya frustrasi dan pergelaran gagal. Bisa-bisa penonton menuntut kepada panitia untuk mengembalikan uang tiket.
Tiba-tiba, di tengah kekacauan, kyai Togog muncul begitu saja dan segera saja para wartawan dunia pewayangan meninggalkan nara-sumbernya masing-masing. Kata mereka:
... Maaf, sementara wawancara dengan Anda kita hentikan sejenak, karena tampaknya ada tokoh penting yang mau memberikan pernyataan.
Berhamburanlah para pekerja media mendekat ke depan podium di dekat para pesinden.
>>> Kyai Togog, bagaimana statemen Anda berkaitan dengan diturunkannya raden Abimanyu oleh Kyai Semar ?
Kyai Togog cuma tersenyum, tapi tidak semua orang tahu bahwa beliau sedang tersenyum, karena tersenyum atau tidak, mulutnya yang lebar itu memang selalu tampak seperti tersenyum.
>>> Kyai, beri komentar Anda, kyai, please
Para wartawan mendesak ke depan. Kyai Togog tenang-tenang saja.
Tiba-tiba :
+++ La wong saya ini malah pengen tahu kok, sampeyan ini pada gupuh apa seh, kok tiba-tiba pada pating gedandap bikin kaget saya yang lagi lewat sini
>>> Lho, ini raden Abimanyu kan dipecat oleh kyai Semar, mbah !!
+++ Semar yang mana ?
>>> Lha ya Semar yang biasanya, Semar yang mana lagi ?
Sejenak Togog memejamkan matanya, dan ketika kemudian melek, beliau tertawa
+++ Ndak ada Semar, gitu lho ... sampeyan ini pada bikin kaget saja...
>>> Ya udah, pokoknya komentar kyai gimana ?
Di Karangkadhempel,
Kyai Semar sedang jagongan dengan raden Abimanyu di balik sebuah kamar. Pintu kamar terkancing.
Di dalam kamar, tidak seperti yang biasa dilihat para penonton di depan kelir, kali ini Semar tiduran di kursi males dengan kaki selonjor dan di sebelahnya raden Abimanyu memijit-mijit dua kujur kaki Semar. Mereka berdua yang biasanya dikenal sebagai tokoh satria dan punokawan kali ini tampak seperti teman, akrab sekali, seperti pakde dengan ponakannya. Sesekali terdengar suara tawa Semar terkekeh-kekeh dan Abimanyu yang nggleges.
... Jadi begitu lho anggeeer, kamu faham to sekarang ....
... Inggih kyai, saya sangat berterima kasih, kyai selalu memandu tugas-tugas saya dalam memimpin para kawulo alit ...
... Nhaaa, bagus itu, yang penting kita semua memang harus ekstra hati-hati, karena sekarang ini ada beberapa aktor handal di sekitar kita yang tampaknya seperti membantu, padahal mereka sedang mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan demi kepentingannya sendiri-sendiri, lupa kepada kepentingan para kawulo alit yang seharusnya dilindungi ...
Ingat, ndiko ini diharapkan menjadi pengayomannya para kawulo, angger harus menjamin ketenteraman hidup para kawulo, agar mereka bisa bekerja dengan tenang untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing sesuai dengan tugas dan kedudukannya sendiri-sendiri ...
Jajal to gagasen, di antara para pembantu raden yang sak bendoyot itu, mana seh, yang ikut mikir susahnya kawulo Ngamarto mendapatkan minyak-tanah, gas elpiji, atau kedele bakalnya tempe? Ra ono nggeeeerrr. Gitu itu rak ciloko mencit, to ?
... Jadi ?
... Memang perlu dilakukan seleksi, guuus, siapa yang sebenernya sehati dengan andiko, siapa yang pura-pura sehati, siapa yang ikut sana ikut sini, dan siapa yang arif bijaksana mempelajari situasi untuk kemudian dijumbuhke dengan kebijakan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan rakyat ndiko ...
... Maksud kyai ini, pertengkaran ini sebenarnya cuma dibuat-buat to, yang tujuannya untuk milah-milah siapa yang benar-benar baik dan siapa yang baiknya dibenar-benarkan. Gitu to kyai?
Meledak tawa kyai Semar berderai-derai di dalam kamar. Perutnya berguncang-guncang dan airmatanya sampai berlinangan. Dielusnya mbun-mbunan Abimanyu Ongkowijoyo momongannya dengan penuh kasih
... Hweh-heh heh heh heh heeeeeh, pancen ndiko ini momongan saya yang cerdas, anggerrrr. Jadi, mari kita bermain bersama sebaik-baiknya, tetapi tidak untuk main-main, yaaa. Paham ?
Mak cessss, hati Abimanyu mendengarnya, langsung diciumnya lutut kyai Semar, pepundennya yang arif bijaksana. Sejenak ruangan hening, masing-masing hanyut dalam pikirannya sendiri-sendiri. Sampai tiba-tiba terdengar gaduh di luar. Langkah-langkah, kursi diseret dan bokong dihempaskan ke atasnya.
... Waaaaah, lha kok tambah gawat ini, mosok kyaine barusan mengangkat Wisanggeni jadi adipati, padahal raden Abimanyu masih belum pergi dari kasatriyan, bisa geger kepati ini nanti ...
Demikian terdengar suara salah satu orang berkata dari luar kamar.
Kyai Semar mendekatkan telunjuk ke mulut, memberi isyarat kepada Abimanyu agar jangan bersuara, dia berbisik:
... Perhatikan baik-baik apa yang mereka omongkan. Catet itu, cerna baik-baik dan pertimbangkan dengan hati-hati setiap perkataan siapapun. Gunakan hati nuranimu, kenalilah mereka masing-masing...
... Tetapi yang ngangkat Wisanggeni itu siapa kyai ??? ...
... Tenang saja, itu cuma bikin-bikinan saya, kloning ciptaan saya, namanya Semar mendem, penganan uenak kesukaan saya kok, bukan Semar yang sungguhan. Wis to, tenang saja. Semar yang asli sekarang kan sedang mbok pijeti to nggeer. Wis teruskan mijetnya, sampek saya ketiduran yaaa ...
... Nggiiiih kyaine, nyuwun pangestu...
... Iya,ya,ya,ya, saya pengestoni.
Sejenak kemudian tertidurlah kyai Semar Bodronoyo.
Jauh di luar sana
di pendopo kraton Ngamartopuro, di kesatrian Plongkowati, di kesatrian Madukoro, di kesatrian mobrig kompi jisamsoe dan kesatrian kecil-kecil lainnya para tokoh publik dan pejabat masih sibuk dengan pembicaraan masing-masing. Ada yang glenak-glenik mojok sambil sudut matanya mlirik ke sana kemari, ada yang tangannya jepaplangan dan suaranya lantang, ada lagi yang cuma mesam-mesem tebar pesona ke sana ke mari.
Dan tiba-tiba pergelaran wayang berhenti, karena dalangnya kebelet kencing, lari ke toilet. Maklum, dalang anyaran.
Wisanggenine kok sewekan iki piye? Sampe2 pak dalange keplayu mburi.
BalasHapusRa pendowo ra kurowo ra ngamarto ra ngastino la kok saiki dadi aktor kabeh?... aktor dagelan koncone kiroen? wass.
Wah jan dalange manteb tenan.........
dalang kenthir, ndak genah
BalasHapusIyhoo jhee, ncen kenthir tenan kok
BalasHapuskurang gawe