16 April 2008

Mengapa ngeblog saja ?

Saudara saya yang satu ini punya pengalaman yang banyaaaak sekali. Ngobrol, sms, kirim-kiriman sesuatu dengan saya dan selalu penuh kejutan. Terkadang saya berpikir: wah, andaikata tempat-tinggal saya berdekatan dengan beliau ini, pasti saya sering kunjungi beliau untuk belajar, ngangsu kawruh-nya yang teramat banyak itu. Tentang apa saja.
Beliau ini sampai sekarang masih sangat bersemangat untuk belajar, dan mengajar, tentu saja.

Nggak bikin blog to mas?

Biar saya dan banyak teman lain bisa ikut kebagian ilmu dan ngelmunya. Dan juga buat tombo kangen, pengobat rindu, pelipur di kala hatiku sedang lara.

Yaaaah sambil pura-puranya bikin sedikit story (bukan setori alias masalah) supaya di suatu saat nanti siapa tahu fragmen-fragmennya bisa digunakan untuk bahan riset sama mahluk luar angkasa dalam mempelajari gaya dan perilaku kita. Begitu bujuk saya, padahal :

Sebenarnya dengan beliau punya blog, saya bisa setiap saat ngintip blog-nya, sehingga saya bisa tahu: ooo, beliau sedang sibuk, eee sedang semangat, aaa sedang jatuh cinta (lagi), iii sedang gundah gulana, dan sebagainya. Singkatnya, melalui blog yang ditulis (nanti, atau mudah-mudahan segera saja) saya bisa bersilaturahmi dengan beliau.
Sebenarnya saya juga malu untuk mengakui, bahwa saya butuh teman yang lebih banyak melalui sarana di dunia maya ini karena saya sekarang lagi kurang gawe, lagi jadi pengangguran tapi bergaya sok-sibuk saja.

Persoalannya, ketika kemudian saya ditanya bagaimana caranya bikin blog? Saya jadi celingukan. Mampus guah, lha wong saya cuma punya ilmu blog se-upil saja kok ngajak-ngajak teman bikin blog yah ?
Karena kepepet, saya bilang : gabrug-gabrug saja. Istilah kocaknya mas Indro Saswanto srunthal-srunthul saja, yang penting go blogging ! Itu pula yang saya lakukan. Masih lagi ditambah semangat sama mas Indro : kita ini semakin tua, biasanya orang yang semakin tua itu butuh teman glenak-glenik, gojegan sesama orang tua, tutur-tutur sama yang dianggap lebih muda, dongeng-dongengan tentang maza laloe dan lain-lain. Betul juga.

Apalagi sebenarnya beliau teman saya ini punya ‘sesuatu’ yang sangat layak untuk dibagi ke banyak teman dan sahabat dan bahkan siapapun.

Awang-awangen?
Persis seperti waktu saya dulu mau mulai. Gamang. Banyak pertimbangan berkecamuk di dalam pikiran, persis seperti waktu kecil dulu mau dikhitan. Sakit nggak yah? Tapi kalau nggak khitan kan malu sama teman-teman yang sudah, apalagi mereka lebih kecilan dari saya? Begitu kira-kira gulananya. Tetapi ‘hasrat’ ini sudah tak terbendung lagi, akhirnya mak procot! Jadilah blog saya. Awalnya sih mencong semua. Wagu pol, sampai-sampai diketawain (kali, ya?!) mas Indro, begitu bayangan saya waktu itu. Tapi ternyata tidak. Saudara saya yang satu ini begitu arif-bijaksananya (ha-hak !!!) menggiring dan membimbing saya dengan lemah-lembut penuh kasih-sayang dan telaten. Setia mengintip sak-obahnya blog saya. Muntir-nggeblag selalu dibangunin lagi.
Malah-malah, inter-koneksi (bener nggak istilah saya ini, wahai saudaraku?) kemudian mulai sedikit melebar dengan saling berkirim komen dengan teman-teman blogger yang ‘sudi’ berbagi komen. Eh, jadi besar hati nih, bangga lho kalau ternyata blog ini dibaca dan dikomentari oleh saudara kita di suatu tempat entah di mana yang tak terbayangkan akan menjadi teman baru. Demikian pula, saya bisa berkunjung ke blog lain, apalagi kalau diterima sebagai tamu yang baik, meskipun saya sering bersikap murang-toto dan nungkak-kromo.

Demikian kiranya agar dimaklumi, kenapa saya kok demikian berhasrat mengajak saudara saya tadi bikin blog. Ada satu piwelingnya mas Indro kepada saya, yang saya camkan dengan baik hingga kini :

Pada dasarnya, ortu itu suka cerita, suka ngajari, golek konco ngobrol. Jadi blog memang pas untuk usia2 mereka, apalagi kesibukan wis jauh berkurang, keno kanggo olahraga otak biar nggak PDI.

Saya pikir, bener dan pas untuk saya, padahal mas Indro ini masih sangat sibuk lho. Blebar-bleber ke sana kemari tetapi masih tetap mengkoberkan diri untuk ngintip posting-posting saya.

Jadi saudaraku, aku menunggu blog-mu. Selalu.

(Yang saya tulis ini betul ya pak dokter?)

2 komentar:

  1. Waduh mas .. wetengku mules kepingkel2 wah jan diblejeti tenan bikin besar kemaluan namanya.
    Jan ngluwihi kyai pathuk pecukilan nek mblejeti uwong... bener 200%.
    Mudah2an viruse terus menyebar ben demam kabeh... ☺

    BalasHapus
  2. mas indro,
    saya cuma mau ngaku
    bahwa kalau njenengan ndak ngotot mendorong saya,
    maka saya sampai sekarang masih tetap jadi peternak cacing yang saya pelihara dalam otak saya ....

    BalasHapus