21 Juni 2008

Sudah Lupa Tuh!

Pada saat harga-harga menyelinap naik seperti ular merayap pindah tempat, kebanyakan orang sudah mulai lupa kepada kemarahan atas penetapan kenaikan harga BBM tempo hari. Harga paku yang sebelumnya sekilo Rp 12 ribu, merambat malu-malu ke Rp 14 ribu lalu Rp 18 ribu di toko besi dekat rumah. Itupun, mbak pelayan tokonya bilang : entah besok. Artinya, sangat mungkin akan naik lebih tinggi lagi. Barang lainnya paling-paling juga idem saja.
Kita seolah-olah mempunyai sikap yang seragam: mau apa lagi! Mentok sampai di situ.
Kalaupun ketika harga bensin baru naik, beberapa di antara kita berpikir dan berencana untuk melakukan pengiritan belanja, penggunaan lampu atau mengurangi intensitas penggunaan kendaraan bermotor, mungkin upaya itu sudah mulai kendor pula saat ini. Tidak sesemangat ketika diikrarkan di depan keluarga. Hidup sehari hari berjalan normal kembali. Tetapi benarkah?
Di jalanan terlihat angkot yang berjalan lambat karena supirnya banyak menoleh kanan-kiri mencari kelebat calon penumpang. Penumpang yang berada di atas angkotnya kurang dari separo. Pedagang sayur keliling, bawaannya berkurang, karena mungkin kemampuannya mengulak barang turun, ditambah konsumennya mengurangi nilai belanjaan.

Yang jelas, tampaknya tingkat kemarahan kita kepada Pemerintah sudah tak lagi setinggi sebelumnya. Entah disebabkan terlalu capek untuk marah, merasa tak guna lagi untuk marah, bosan mencari sesama pemarah, atau karena sudah lupa bahwa tetap perlu marah.
Atau takut pada isteri, karena marahnya terbawa sampai di dalam rumah, atau justru tak bisa lagi marah karena isteri marahnya lebih seru. Atau, dipikir: marah juga percuma karena seisi rumah sampai ke tetangga sekampung semua juga lagi rame marah-marah.

Apakah Pemerintah senang?
Pemerintah itu siapa, yang mana, lembaganya atau orangnya.
Kalau lembaganya, saya kira tak ada lembaga yang punya perasaan, marah atau senang. (Jangan nyanyi: Lmbagaaa jugaaa mnusiaa)
Mungkin orangnya. Tapi yang mana, yang di mana. Wah, saya tak tahu.
Hanya menduga-duga, bahwa rasa senang sedikit ada, karena mereka (beliao) tak lagi harus menjawab pertanyaan media yang pertanyaannya itu-itu saja dan harus dijawab juga dengan jawaban yang itu-itu saja. Senang karena tak ada lagi demo besar, yang menguras tenaga, emosi, keringat, perhatian, bensin, waktu. Dan uang.
Barangkali benar kalau ada yang pernah menyampaikan bahwa kita ini bangsa yang pelupa. Mau buktinya:
Jawab spontan ! : penetapan harga baru BBM pada tanggal berapa!
Jangan menoleh ke kalender!
Mikir?
Anda pelupa.

Hati-hati, TV dan PC Anda bisa mati tiba-tiba karena Djamali defisit pasokan!
Ah, Ini Lagi! Lebih pinter bikin singkatan baru ketimbang menyingkat keborosan dan kebocoran.
(Djamali itu siapa? Maksudnya apa?)
Mbuh, wis! Sak-Kaaarepmu!

11 komentar:

  1. '85 praktek 5 ribu '005 @ 50 ribu
    '86 praktek 6 ribu '006 @ 60 ribu
    '87 praktek 7 ribu '007 @ 70 ribu
    '88 praktek 8 ribu '008 @ pancet
    Rupanya kurun 20 tahun harga2 jadi 10x lipat ??
    '81 susu cap nona 225,- '008 @ ???
    Katanya susu turun,....kok naik?.

    BalasHapus
  2. biyuh-biyuuuuhhhh..
    malem-malem mbongkar bukune pak mantri...
    '008 jadi susu cap nenek, ga ada harganya...

    BalasHapus
  3. Fuiiiih .... durung ngorok to ?
    Bul masih dilanjut.

    BalasHapus
  4. Ya, memang sudah lupa lha wong yang semua naik itu kebutuhan , mau nggak mau ya ikutin ( dengan mangkel)

    BalasHapus
  5. Semua harga barang naik, di Gambir mas malah turun, Mas Indro, Mas Paromo, Mas Pur, Mas Budi.... turun dari kereta Kamandanu. Ha... 3x

    BalasHapus
  6. mBah Suro ndelik. keri nang bordes.

    BalasHapus
  7. Karcis sepur juga naik, ngakunya punya SAP. Kena razia deh...

    BalasHapus
  8. Santheet saja mbah.....,kondekturnya

    BalasHapus
  9. mbaaahhh !!!
    ada kang mbilung mbah!
    suguhi opo mbaah?

    BalasHapus
  10. Salam
    he..he..dipikir? emang kita punya namanya pemerintah, engga ngerasa tuh, kayaknya hidup berjalam dilalui sendiri aja, wong cilik itu emang lentur Pak Dhe, beneran deh pasrah aja gitu diapa-apain juga, nah itu dia yang dimanfaatkan oleh para beliau itu. bener ga sie :)

    BalasHapus
  11. @nenyok:...engga ngerasa tuh...tapi pajak dibayar terus... hehehe

    BalasHapus