03 Agustus 2010

In Memory

Lelaki sepuh itu duduk menghadap meja kecil yang sama sepuhnya dengan usianya. Sebuah poci tanah-liat berwarna coklat kehitaman dan beberapa cangkir mungil yang isinya seseruput teh kental bergula jawa ada dihadapannya.
Rambut di kepalanya dicukur nyaris pelontos, yang mestinya kalau dibiarkan pasti berwarna putih keperakan. Punggungnya yang bungkuk dibalut kaos oblong putih kusam.
Senyumnya terkembang berhias gigi yang masih berderet rapi.
Ketika kucium tangannya, dia menatapku dengan pandang berbinar: Pada becik tekamu?
Baik-baikkah saja kalian? demikian sapanya menyejukkan jiwa.
Lungguha kene, aku kangen sira... Duduklah disampingku, aku rindu kepadamu.
Tercekat kata-kataku, tertunduk pandanganku. Tak kuat rasanya menahan haru menerima berkat dan doa yang terpancar dari pandang matanya yang menyiratkan rindunya yang bergulung-gulung menerpaku.
Ingin rasanya bersujud mencium kakinya yang kini langkahnya tak lagi segesit dulu.
Seperti terpana dia menatapku, semakin kelu pula aku ketika tangan tuanya merangkul pundakku seakan ingin menyatukan jiwa.
Matahari yang mulai miring ke barat menyusupkan cahayanya lewat lubang-lubang di antara anyaman dinding bambu, dan aroma rokok kelobot jagung yang terbakar bak harum dupa yang menghiasi drama pertemuan ini. Senyumnya masih juga tersungging dibibirnya.
Tangan yang kulitnya telah mulai kisut perlahan menuangkan teh dari poci.
Sira wis tambah gede, ya.... Kau bertambah dewasa pula...
Seakan dia berkata: Masih cukupkah sisa umurku untuk menyaksikan perjalanan hidupmu, cucuku?
Setitik air mata membayang dari sudut matanya yang telah berkerut dimakan waktu...

Ya Allah, ampunilah dia, ampunilah aku...
Berkatilah sisa usianya, bimbinglah aku menjalani hidupku....

Ketika aku hadir lagi dihadapan nisannya, seakan masih terdengar sapanya lembut:
Pada becik tekamu.....

.

5 komentar:

  1. Robbanaghfirli waliwali dayya warchamhuma kama robbayani soghiro
    Ya allah ampunilah kedua orangtua kami, kasihanilah beliau sebagaimana beliau mengasihani kami sewaktu kami masih bayi.

    BalasHapus
  2. Kitapun akan mengalami masa tua dan akhirnya mengdap kehadiratNya.Dari tidak ada, lahir,dewasa,menikah,punya anak cucu cicit, kembali keberdua dg suami/isteri, kesatu lagi akhirnya menghadap sang Kholik.Nuwun.

    BalasHapus
  3. Samanten ugi kita sami, bakal mulih mula mulanya. Nuwun.

    BalasHapus
  4. salam,
    Hmm sungguh beruntung, pernah merasakan kelembutan Sang Kakek..
    Aku? ah..sudahlah!!!
    Semoga di tempatkan di sisi-Nya selalu. Amin

    BalasHapus
  5. mas indro: amien
    pak pur: demikianlah
    pak ugeng: menjadi tua juga perlu belajar
    ney: kelembutan ada disekitar hati yang lembut, nak... amien

    BalasHapus