Senior saya dulu, adalah seorang senior sepuh yang masih ’bau pendidikan Belanda’, pernah memberikan nasehat kepada saya:
Nilai dan bobot Anda dalam bekerja memiliki beberapa derajat:
Apabila bekerja menunggu diperintah, maka bobot Anda adalah pesuruh.
Apabila bekerja hanya meniru orang yang Anda gantikan, maka bobot Anda adalah juru-tulis.
Apabila dalam bekerja, Anda menyuruh orang untuk menirukan cara kerja seperti yang Anda lakukan, bobot Anda adalah klerk.
Apabila Anda ketika bekerja juga berpikir dan belajar dengan mengembangkan pengetahuan agar pekerjaan Anda menjadi lebih mudah untuk Anda lakukan, bobot Anda adalah pegawai.
Apabila Anda merumuskan agar pekerjaan Anda menjadi mudah, menarik dan menyenangkan bagi teman-teman dan atasan Anda, maka bobot Anda adalah pembaharu.
Tentu saja semua harus dalam kerangka ’pekerjaan yang benar’.
Saya belum sempat menyampaikan hal ini kepada Dicky dan Gurit. Semoga berguna bagi mereka dan teman-temannya yang lain, dan semoga merekalah para calon pembaharu di tempat bekerjanya.
.
wah ini bisa bikin orang smangat............
BalasHapusSalam,
BalasHapusHmm..tapi kebanyakan yang terjadi, jika berhadapan dengan senior yang tidak berpikiran terbuka, pembaharuan sering dianggap pemberontakan alias melanggar pakem..*sotoy mode on* :)
terimakasih
BalasHapustentu lebih baik bekerja dengan semangat daripada bekerja tapi sebenarnya tidak melakukan apa-apa
ney,
BalasHapusjangan gentar dengan senior yang 'mati rasa'
yang berlindung di balik pakemnya sendiri karena merasa terancam eksistensinya
senior seperti itu sebenarnya curang, menggunakan kewenangannya (power) untuk menekan pemikiran kreatif yang muncul di antara anggota timnya sendiri
Benar mas Suko, tetapi kadang-kita kita menghadapi"aku sing kuwasa, kowe arep apa"atau "sing gawe abang ijone kantor iki aku,kowe ora sah melu-melu". Coba kalau sudah begini mau apa lagi?
BalasHapusnasehat yang bagus mas.
BalasHapussilahkan pilih yang cocok.
@ pak pur: dibatin mawon: ning sampeyan senes Sing Mahakuwasa; njut sing sijine: lha mula pantes nek sakniki malah enten kantor sing biru-bengeb kenging gebug sak Indonesiya, mergi enten juragan2 abang-ijo
BalasHapus@ yang bethoro indro: ambil semua saja, ben ndang laris njur bakule iso mulih
Romo Kanjeng,
BalasHapusKadang2 kita memang butuh ada hirarkhi dalam sistem. Jepang adalah contoh masyarakat dengan hirarki yang ketat dan disiplin tinggi, memberikan hasil yang patut dicontoh. Kita sering kehilangan etos dan disiplin dalam nsistem birokrasi kita. Salam dri Muskat
Lamo nggak basuo Romo Kanjeng. Komentar saya di atas kok jadi anonymous. Salam hangat. Ki Ageng
BalasHapussalam
BalasHapusPakde! wer ar yu, sepertinya belum tampak lagi tanda-tanda yang Pakde tangkap :)
@ ki ageng: itulah ki, yang patut - sulit dicontoh, yang dicontoh - yang ngga patut... eh, teluk muskat sama rowo pening bagusan mana viewnya, ki? salam
BalasHapus@nenyok: terlalu banyak yang ketangkap dari jalanan, tv, koran, obrolan, dll... lagi dipilih yang seru dan yang sendu untuk dimasak dan disajikan!!!
gurit tok ma dicky...ak dan galih dan andrian...gmana pak...
BalasHapuswawawawaw.....
tim pajak....tim huray huray ini...huray peraturan maksudnya....
mpe mabuuuuuk hehehhe
@handy:
BalasHapussori dik, saya pikir di situ hepi2 saja...
tapi baca saja lah, tulisan2 konyol ini sekedar sbg pelepas penat
siap laksanakan komandan.....
BalasHapus