Entah siapa yang salah, kudanya atau pejalan kakinya.
Tiba-tiba sebuah dokar (andong, sado, delman) hampir menabrak sekumpulan pelancong yang nyelonong masuk ke jalur becak dan andong di malioboro.
Untung kusir dokarnya waspada, tepat sebelum boom (boom konon adalah dua batang kayu yang mengapit kuda dokar), tepat sebelum boom mengenai muka para pejalan kaki, mas kusir menahan laju andongnya dengan sigap.
Hari raya kemarin, seperti biasa Malioboro penuh pengunjung. Karena emperan toko terlalu disesaki para pembelanja, sebagian orang pindah berjalan ke jalur sebelahnya, jalur andong dan becak. Lumayan lega, meskipun di sudut-sudut tertentu bau pesing, entah bekas kencing kuda atau kencing manusia. Dan ada pula yang basah, entah sisa minuman orang entah pula anunya kuda tadi.
Tapi ya itu tadi. Musti ekstra waspada. Salah-salah keserempet becak atau andong.
Di Malioboro beberapa hari lalu itu, saya mendapatkan "pencerahan" bahwa : kemeriahan lebaran yang disambut dengan wisata ke Malioboro sesungguhnya azab bagi kuda-kuda yang menarik andong.
Dia harus bekerja keras, dan oleh karena itu bossnya dapet duit banyak.
Dia harus menahan sakit, karena berkali-kali kekang di mulutnya ditarik bossnya supaya menahan langkah dan berhenti atau berbelok.
Dia harus menahan capek akibat berlama-lama berdiri dan berjalan, karena kuda dilarang tidur rebahan di jalan Malioboro.
Dan oleh karena itu, dia tidak pernah minta maaf, ketika andongnya menyerempet orang yang berjalan meleng.
Dia juga tidak minta maaf ketika "ilernya" yang menetes ketika dia berjalan, mengenai orang di dekatnya.
Dia juga tidak minta maaf, ketika tiba-tiba dari arah bawahnya keluar air dan menciprati pejalan kaki di sebelahnya.
Untuk semua ha-hal yang salah dilakukannya maupun tidak pantas dilakukannya, dia tidak pernah minta maaf.
Tapi saya kan bukan kuda,
untuk itu,
karena saya tidak ingin menjadi dan seperti kuda maka:
bersama ini saya menyampaikan permintaan maaf karena:
saya sudah menggilas, menabrak dan menyerempet banyak teman dan saudara saya
saya sudah mengencingi dan meludahi banyak teman dan saudara
Semoga saja andika semuanya sudi memaafkannya, agar saya tidak tampak seperti kuda di hadapan andika sekalian, teman-teman dan saudara saya.
Saya merindukan andika semuanya,
siapa tahu kita lebaran depan bisa bertemu di Malioboro,
untuk bersama-sama melihat, apakah para kuda di sana sudah berubah perilakunya.
.
Sama-sama nasi goreng rasa dan warnanya bisa beda karena kokinya, Malioboroku dan Malioboronya Mas Paromo pasti beda.
BalasHapusSelamat menikmati
beda kuda beda manusia, di malioboro kuda tidak pernah tolah toleh soalnya pake kacamata kuda. sebaliknya manusia pake kacamata biar bisa lirik sana sini.....☺
BalasHapusSalam
BalasHapusPakde, piye kabare panjenengan, btw kudamah gmn yang bawa kali ya, pensaran juga bagaimanakah tingkah laku para kuda itu di tahun depan :)
Salam
BalasHapusEh usul dong Pakde, ni box commentnya dibuka aja ya..biar ndak ribet..
Piss he..he.. *emangnya perang apa yak* :D
@mbah suro:
BalasHapusleres mbah, semua bisa dinikmati lewat cara pandang apapun
salam damai dari malioboro!!
@eyang:
jadi inget jaman kecil:
bikin conthong daun pisang, dilobang ujungnya, disunduki sebutir jagung, ditaruh di dekat ayam.
ketika si ayam matok jagungnya, maka ayamnya jadi bingung krn mukanya ketutup contong.
muter-muter-muter
(ngelmune wong mbedhog pitik, bekne!)
@nenyok:
tahun depan, khusus untuk kuda mau dibikin jalan layang khusus, lengkap dengan lavatory shelternya ( kalo yang jadi walikota: saya)
perasaan boks komennya ga pernah ditutup tuh? hihihi (mau ngomong ga mudheng malu aku jeng)