08 Oktober 2008

Mlebetipun Medal Pundi?

Pak Agus Yani, seorang senior sepuh saya dahulu, yang masih mengalami sekolah Londo, bahasa Inggris dan Belandanya bagus sekali.
Tapi bahasa Indonesianya ternyata ada yang bolong. Suatu ketika, beliau sambil senyam-senyum berdiri dari kursinya dan bertanya kepada saya dan teman-teman:
“Dik,  dik; bahasa Indonesianya ‘lemah jeglong’ itu apa ya?”

Melihat ekspresi beliau dan mendengar pertanyaan ‘aneh’ tersebut, semua tertawa. Saya mencoba untuk meng-Indonesiakannya:

“Tanah jeglong adalah sebidang tanah yang permukaannya turun lebih rendah dari bidang di sekelilingnya”
“Lho kalau panjang begitu, saya juga tahu. Maksudku yang ringkas saja, dik, dua atau tiga kata saja”

Sampai sekarang, ketika beliau sudah pensiun lama sekali, terjemahan itu tak pernah bisa saya selesaikan.

Lain lagi senior saya yang satunya, Pak Karyoso, seorang yang “sangat Jawa”. Yang ini memang banyolannya suka bikin kaku perut pendengarnya.

“Hayo, siapa bisa meng-Indonesiakan : Mlebetipun medal pundi?”
Dijawab oleh seorang teman:
“Masuknya lewat mana”
“Salah, to, kalau itu kan : Mlebetipung langkung pundi. Bukan seperti pertanyaan saya tadi: Mlebetipun medal pundi”
“ Masuknya ... keluar .. mana”
“He he he....., bingung kan? Kok jadi lucu!”

Bahasa memang unik. Penterjemahan secara kata-per-kata terkadang menjadikan aneh, apalagi kalau dilakukan secara plesetan. Demikian pula dengan kata-kata kiasan.

Mas Slamet, teman kakak saya, suatu kali secara guyonan bertanya:
“Dik, ada kata kiasan yang terkenal di jaman perjuangan, bunyinya : Wahai Pemuda, kalian semua adalah tiang negara. Begitu kan?”
“Terus?”
“Lha kalau Pemuda adalah tiang negara, lantas Pemudi bagaimana?”
“??? Mbuh, yo!”
Ketawa ngakak dia melanjutkan: “Pemudi adalah tiyang estri”

Semprul!!!


Kepada seluruh teman baik, pembaca blog ini,
usai Puasa Ramadhan ini perkenankan saya mohon maaf setulus-tulusnya atas segala kekhilafan dan kekurang-nyamanan yang diakibatkan oleh kejahilan saya ...
(yang barangkali akan berkelanjutan,
tapi mudah-mudahan, kedepan saya bisa lebih berhati-hati)

9 komentar:

  1. Memang walaupun cuma bahasa perlu persamaan persepsi, supaya komunikasinya jadi lancar, kecuali untuk komoditi lawak, terserah pemakaianny. Disitulah perlunya guru bahasa, biar ada yang ngotak atik kata. "SELAMAT IDUL FITRI 1429 H" mohon maaf lahir bathin.

    BalasHapus
  2. Maaf lahir batin ya pak....mudiknya kemana?

    anak saya dulu pernah di TKnya mbikin bingung temannya gara2 ngomong," Ayo, kita main yg pencilakan yok...."

    BalasHapus
  3. @mas sito: bener mas, kalo sdh ra iso berbahasa scr trep sok njut dadi gendro podho2 konco utowo sedulur, njut engkel2an, surung2an, bledig2an, balang2an, penthung2an, bacok2an, suduk2an, bedhil2an
    wihhh, mengkirig!

    @mbak endang: nyekar ke makam bapak-ibu di purworejo, terus tuwi paman, adik2 di sala3 dan semawis
    mau mudik wis ra duwe mudikan je ...... yo wis, ngluyur wae.....

    BalasHapus
  4. Postingan berikutnya pasti seru.... bar "ngluyur" akeh sing dipirsani lan dialami, selamat Mas, akhir tahun "ngluyur" neh yok! Ketemuan dimana?
    Eyang bethoro gak terbit-terbit kayane lagi bagi-bagi sembako dikampung halaman....

    BalasHapus
  5. @ simbah: monggo, mbah, sambil menunggu waktu dan dino becik, kita ngluyur dari blog ke blog saja dulu, dan tombo kangen saya ke njenengan adalah posting2 yang saur-manuk ini, kan?
    semoga ustadz bethoro segera rawuh dengan sehat dan gembira, bawa oleh-oleh yang nyamleng (ke njepun po, ya?)

    BalasHapus
  6. Nuwun sewu, krinan.
    Waduh piye iki "Mlebune metu endi" ....... durung mlebu kok wis metu. dos pundi derek?

    BalasHapus
  7. @eyang bethoro: inget apaan sih, yang? mimpi semalam ya?

    BalasHapus
  8. salam
    OOT dulu: baru nyadar sudah lama ndak silaturrahmi Pakde :)

    haiyah saya ora mudeng tuh dengan banyolannya, tapi case spt itu berlaku juga buat bhs sunda lho, pokoknya memusingkan he..he..

    BalasHapus
  9. neny, jangan pusing2, ketawa saja, ikutan teman2 kita itu,
    mskipun ga ngerti apa yg diketawain
    biar tambah lucu

    BalasHapus