08 September 2010

Malam bersama Puisi

Malam ini aku membaca puisi pak Taufik Ismail, saya ingin Anda ikut menyimaknya:



Membaca Tanda-Tanda


Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas
dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kita mulai merindukannya

Kita saksikan udara
abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau
yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil
tak lagi berkicau pagi hari

Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan
hutan

Kita saksikan zat asam
didesak asam arang
dan karbon dioksid itu
menggilas paru-paru

Kita saksikan
Gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir membawa air

air
mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda?

Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani abu dan batu

Allah
Ampuni dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membaca
Seribu tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanya
mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanya
tak begitu jelas
tapi kini kami
mulai
merindukannya.

1982



Demikian tulisnya, semoga Anda menikmatinya pula.
Salam.


.

5 komentar:

  1. Sebenarnya tanda-tanda itu ada, hanya maukah kita membacanya.
    Ngaturaken sugeng riyadin, Minal 'aidin wal faidzin. Nyuwun pangapunten sagunging kalepatan.

    BalasHapus
  2. dan sepertinya tanda tanda itu suda mulai tampak yaa..

    makasi puisinya
    indah.. :)

    BalasHapus
  3. pak ugeng:
    rasanya kita sudah dipaksa untuk membaca...
    mohon maaf lahir batin, pak, sami-sami

    wi3nd:
    .. dan pak taufik ismail lebih memperjelasnya, sedangkan saya cuman menconteknya...

    BalasHapus
  4. Salam
    saya menikmati puisi ini dengan seiris hati

    BalasHapus
  5. nenyok:
    mungkin pak taufik ismail menulis karena hatinya serasa teriris

    BalasHapus