Burung blekok menceritakan kepada
burung hantu, betapa dia amat bersyukur atas nikmat yang diterima.
Anak-anaknya hidup sebagai blekok
yang sukses, punya sarang sendiri-sendiri di lingkungan yang lebih bagus dan
nyaman ketimbang habitat bapak dan emak blekok. Punya posisi cukup terpandang di kehidupan masing-masing,
sehingga ada jaminan masa depan yang lebih baik di kelak kemudian.
Salah satu anak blekok, bahkan
menjadi incaran head-hunter untuk didudukkan pada posisi strategis beberapa perusahaan multiblekok
yang mempunyai jaringan seluas udara, darat, laut (dan kepolisian). Blekok muda
yang lain mendapat jalan yang lapang untuk meniti jenjang akademiknya, dari S-3
yang pertama (SD-SMP-SMA) ke S-3 yang ke dua (doktor-sarjana sungguh sempurna).
Burung hantu mendengarkan dengan mata menerawang jauh. Cerita berikutnya tentang
blekok-blekok muda hanya masuk ke sebelah telinganya, sementara pikirannya teringat kepada (burung) hantu-hantu
muda yuniornya. Para yunior yang
mengusik hatinya, karena dia cemas
masa depan mereka yang tidak akan sesukses (burung) hantu tua.
Sementara sebelah telinga mendengar cerita blekok
muda yang ketika sakit mendapat fasilitas kamar VVIB (very very important birds) yang dibayar oleh Blekok Incorporated,
sebelah pikirannya teringat bahwa ketika anaknya sakit, biaya berobat dan
ngamarnya ditomboki oleh besan hantu.
Dan bla-bla-bla yang lainnya. Dan cerita ‘syukur’
burung blekok itu sudah didengarnya untuk yang kesekian kalinya sementara
mereka bertemu di sore hari.
Burung hantu berpikir, andaikata sahabat blekok
ini punya perusahaan koran atau TV, mungkin topik sebagian tulisan atau
tayangannya adalah tentang blekok muda. Burung
hantu berpikir, adakah sahabat blekok ini lupa bahwa serial tayang-ulang cerita
tentang blekok-blekok muda bisa jadi akan mengiris hati burung-burung yang lain
ketika mereka mendengarkannya?
Dalam suatu kesempatan bertemu dengan sahabat senasibnya
yang lain yakni burung kucica, ternyata
kucica juga punya teman perkutut yang juga termasuk golongan ‘perkutut yang
bersyukur’. Kucica sendiri punya sakit sesak nafas, yang sangat gampang kambuh
kalau pikirannya terganggu karena berpikir tentang kucica-kucica muda.
Saking kerasnya berpikir tentang yunior blekok
dan membandingkan dengan yunior hantu, gula darahnya meningkat……
Blekok tua yang S3 - sampun sanget sepuh - diem2 masih berbangga hati karena blekok2 juniornya yang ndrindhil itu semuanya ahli surga.
BalasHapusalhamdulillah, ini pasti bukan blekok yang tadi....
BalasHapus