Kupu-kupu yang lucu, ke mana engkau terbang
Hilir-mudik mencari, bunga-bunga yang kembang
Berayun-ayun, pada tangkai yang lemah
Tidakkah sayapmu, merasa lelah
Anda masih bisa menyanyikannya, kan?
Lagu anak-anak di atas, adalah salah satu lagu favorit saya karena relevansi syairnya. Tersindirkah saya? Ya banget, sih.
Bagi saya, lagu sesederhana itu ternyata mengandung banyak faset yang dapat direnungkan. Periodisasi perjalanan hidup misalnya, dimulai dari periode saya masih kupu-kupu yang ‘lucu’ sampai dengan periode saya menjadi ‘makin lucu’ seperti sekarang.
Aktivitas, dari sejak saya terbang untuk berlucu-lucu sampai ketika saya terbang untuk mencari sesuatu.
Batas-batas, tangkai lemah di mana saya harus berayun-ayun dengan hati-hati, dan sayap saya yang lelah tetapi tetap saya gunakan untuk terbang.
Saya kagum dengan penciptanya, Ibu Sud yang demikian cerdas dan arifnya memotret perilaku orang dewasa serta sekaligus memberikan peringatan agar tidak menjadi kupu-kupu yang mati sia-sia pada akhirnya. Potret dan peringatan tersebut mampu disajikan dalam sebuah lagu anak-anak.
Jadi, ketika mendengarkan seorang anak kecil menyanyi : Kupu-kupu yang lucu .....
Saya bertanya kepada diri sendiri:
.................. ke mana engkau terbang?