Para pakar biologi nasional, regional maupun dunia jadi mumet tuju-keliling, karena di (seluruh antero) Surabaya diam-diam sudah sejak lama terdengar adanya selentingan tentang ikan-ikan spesies baru. Diantaranya adalah iwak tempe, iwak sambel, iwak krupuk. Spesies langka ini hidupnya bukan di air, tapi di rumah-rumah orang, di atas meja, di warung-warung nasi. Dan keberadaannya sungguh singkat, nyaris tidak pernah lebih dari 24 jam sejak dilahirkan sampai masa ajalnya, terkecuali jenis iwak krupuk, yang umurnya bisa lebih dari seminggu asal ditutup rapat di dalam kaleng atau stoples.
Saya pada waktu pertama kali mendengar hal ini juga kaget, seperti apakah gerangan bentuk dan keadaan iwak-iwak ini. Ketika kemudian melihat sendiri saya jadi kheki, karena ternyata ini bukan mahluk hidup seperti iwak-iwak yang lain tetapi benar-benar tempe, sambel dan krupuk yang sudah sangat saya kenal sebelumnya. Predikat iwak atau ikan, ditambahkan oleh wong Suroboyo sebagai pengganti predikat lawuh atau lauk. Jadi, mangan karo iwak kecap artinya makan nasi dengan leleran kecap di atasnya. Demikian pula iwak tempe, benar-benar tempe yang digunakan sebagai lauk kawan makan nasi. Faham ?
Bagaimana asal-muasal istilah iwak tempe dan kawan-kawannya tersebut saya masih belum tahu, tetapi sebenarnya di sebagian penduduk berbahasa jawa istilah iwak yang berkonotasi lauk juga biasa digunakan. Anda dengar iwak pitik, iwak sapi, iwak wedhus dan iwak kebo ? Iwak yang ini maksudnya adalah lauk yang berasal dari daging ayam, sapi, kambing atau kerbau. Jadi iwak berarti daging. Mungkin karena bagi orang suroboyo jaman dulu lauk daging-dagingan ini adalah makanan orang-orang berklas tinggi yang tidak murah, kemudian masyarakat klas bawah mencoba meng-upgrade sambel, tempe dan krupuk sebagai iwak, supaya bahan-bahan tersebut terangkat derajatnya setara dengan daging. Jadi, makan dengan iwak tempe tak kalah gengsi dengan iwak pitik.
Sebelum saya akhiri, mari kita dengarkan sebuah seruan yang perlu diperhatikan bersama oleh Mentamben dan Pertamina di tengah kelangkaan mitan, Menperindag di tengah kelangkaan migor dan Menkes ditengah merebaknya gibur:
Iwak kecap?? Siapa takut !
Semoga Presiden membacanya.
(Presiden blogger, kali ya?)